Fenomena Aplikasi Bimbel Daring Mulai Serbu Indonesia

Senin, 13 Agustus 2018 | 07:13 WIB
Fenomena Aplikasi Bimbel Daring Mulai Serbu Indonesia
Ilustrasi orangtua menemani anak belajar. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beragam aplikasi bimbingan belajar daring kini tengah menjamur di Indonesia. Sebut saja aplikasi seperti Ruang Guru, Quipper serta Zenius.

Ketiganya menjadi pemain utama dalam kategori Education Technology atau EdTech, yang diklaim mampu membantu kegiatan belajar siswa di luar pendidikan sekolah formal yang sudah diterima.

Seorang siswi kelas 12 bernama Ayu Handiarto Putri bercerita, layanan bimbingan belajar daring dapat membantunya mempelajari materi pelajaran sekolah hanya dalam satu genggaman saja.

"Kadang di sekolah pembahasannya terlalu cepat karena mengejar waktu juga. Di aplikasi (bimbel daring) kalau belum mengerti bisa di-play ulang dan dipahami betul-betul," kata gadis yang baru berlangganan aplikasi layanan bimbel pada akhir Juli 2018 kemarin.

Ayu yang mengenyam pendidikan di salah satu SMA di Cibinong mengakui kalau bimbel daring sangat membantunya dalam mengatur waktu belajar karena tak perlu pergi les ke satu tempat.

"Dibanding dengan bimbel langsung di tempat les yang kadang karena udah sore, jadi badan udah capek," tambah Ayu.

Suplemen atau Substitusi?

Menurut pendiri Zenius, Sabda PS, layanan bimbel daring akan menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam beberapa tahun mendatang.

Bahkan, kata Sabda, komunitas bimbel daring bisa masuk menjadi pemain baru dalam jenis pendidikan di Indonesia, dan berubah sifat dari yang tadinya hanya suplemen menjadi substitusi.

Baca Juga: Google Luncurkan Aplikasi Video untuk Selebriti, Seperti Apa?

"Sekarang, apakah konsep sekolah masih relevan? Bisa jadi yang kita butuhkan bukan konsep sekolah tapi community learning center. Ini jauh lebih efektif karena guru bukan lagi mengajar tapi menjadi fasilitator," kata Sabda kepada Suara.com dalam acara Media Briefing di Jakarta beberapa waktu lalu.

Sabda menambahkan, layanan bimbingan belajar daring tak melulu menawarkan konsep belajar-mengajar secara online tetapi juga aktifitas sosial dan organisasi di dunia nyata.

Meski begitu, Sabda mengakui, beberapa kekurangan dari layanan bimbingan belajar daring.

Misal kata Sabda, pihaknya belum menyusun konsep belajar-mengajar bagi anak dengan kebutuhan khusus terutama bagi siswa tuli.

"Zenius belum memenuhi hal itu tapi ada yang organisak non profit yang menyediakan (layanan bimbel daring) khusus dan kita mau seperti itu. Kami, bukan ahlinya tapi kami mau bekerja sama," tambah Sabda.

Bimbel Daring Bukan Asal Gaya

Sementara itu, Kepala Bidang Perlindungan Hak Anak dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia - Bekasi, Anastasia Rima mengatakan, dalam memilih bimbingan belajar, orangtua harus melihat kebutuhan anak.

"Pendidikan adalah hak anak yang yang harus kita sediakan. Itu (bimbel daring) bagus karena orang yang tinggal jauh bisa les secara online. Atau untuk anak yang kesulitan berinteraksi. Tapi semua kembali pada kebutuhan anak. Menurut saya, tidak ada kata terbaik, yang saya tahu adalah apakah sesuai dengan kebutuhan anak," kata Anastasia saat memperingati Hari Anak Nasional di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat.

Untuk itu, Anastasia menghimbau orangtua untuk memilih metode bimbingan belajar yang paling nyaman bagi anak sehingga kemampuannya dapat berkembang.

"Jangan lupa bahwa fokus utama memenuhi hak anak bukan mana yang paling keren untuk orangtua," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI