Sabda menambahkan, layanan bimbingan belajar daring tak melulu menawarkan konsep belajar-mengajar secara online tetapi juga aktifitas sosial dan organisasi di dunia nyata.
Meski begitu, Sabda mengakui, beberapa kekurangan dari layanan bimbingan belajar daring.
Misal kata Sabda, pihaknya belum menyusun konsep belajar-mengajar bagi anak dengan kebutuhan khusus terutama bagi siswa tuli.
"Zenius belum memenuhi hal itu tapi ada yang organisak non profit yang menyediakan (layanan bimbel daring) khusus dan kita mau seperti itu. Kami, bukan ahlinya tapi kami mau bekerja sama," tambah Sabda.
Baca Juga: Google Luncurkan Aplikasi Video untuk Selebriti, Seperti Apa?
Bimbel Daring Bukan Asal Gaya
Sementara itu, Kepala Bidang Perlindungan Hak Anak dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia - Bekasi, Anastasia Rima mengatakan, dalam memilih bimbingan belajar, orangtua harus melihat kebutuhan anak.
"Pendidikan adalah hak anak yang yang harus kita sediakan. Itu (bimbel daring) bagus karena orang yang tinggal jauh bisa les secara online. Atau untuk anak yang kesulitan berinteraksi. Tapi semua kembali pada kebutuhan anak. Menurut saya, tidak ada kata terbaik, yang saya tahu adalah apakah sesuai dengan kebutuhan anak," kata Anastasia saat memperingati Hari Anak Nasional di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat.
Untuk itu, Anastasia menghimbau orangtua untuk memilih metode bimbingan belajar yang paling nyaman bagi anak sehingga kemampuannya dapat berkembang.
"Jangan lupa bahwa fokus utama memenuhi hak anak bukan mana yang paling keren untuk orangtua," tutupnya.
Baca Juga: Aplikasi di App Store Tak Bisa Diakses, Apple Diprotes Developer