Suara.com - Siti Roniah mengalami nyeri kepala alias pusing selama 20 tahun. Setiap kali mendatangi dokter, Ia hanya didiagnosa ada permasalahan di punggung. Ada pula dokter yang mengatakan bahwa sumber permasalahan nyeri yang diderita Siti ada di tulang leher. Ketika ditawari tindakan operasi, Ia menolak karena nenganggap operasi bagian leher bisa memicu kelumpuhan.
Disampaikan dr M. Sofyanto SpBS, dari National Hospital Surabaya, nyeri leher merupakan salah satu kondisi yang kerap dialami banyak orang. Bahkan, tak sedikit yang sudah tak kuasa menanggung rasa nyeri hebat hingga berniat mengakhiri hidup.
"Ada seorang pasien saya yang nyeri hebat, bahkan kalau dipijat mintanya lelaki karena dianggap lebih ampuh. Tapi ternyata tidak. Sampai dia mau bunuh diri. Ketika saya periksa bantalan lehernya rusak atau juga kerap disebut leher kecetit," ujar dr Sofyan dalam temu media di Jakarta, Jumat (3/8/2018).
Bantalan leher yang rusak, kata dr Sofyan, memicu rasa nyeri karena menekan saraf dan sumsum. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mempengaruhi organ gerak tubuh lainnya seperti tangan dan kaki.
Baca Juga: Terapi Sel Punca Diklaim Sembuhkan Kelumpuhan Pemuda Yogyakarta
"Leher selain menyangga kepala dia juga melindungi sumsum saraf di tengah lewat bantalan leher. Ketika bantalan leher rusak maka tulang akan menekan saraf dan sumsum. Kalau leher terganggu, maka dua tangan dan dua kakinya bisa lumpuh karena semua perintah otak lewat sumsum tulang," tambah dia.
Untuk mengatasi bantalan leher yang rusak, ada dua tindakan yang bisa dipilih pasien. Pertama, tindakan konvensional melalui operasi bernama Fusion. Dalam tindakan ini, tulang-tulang yang mengalami pengapuran akan dilonggarkan, kemudian bantalan diganti.
"Biasanya, diambil dari tulang pinggul ditanam ke leher lalu pakai penyangga leher dua sampai tiga bulan. Biasanya, pasien akan tersiksa karena lehernya tidak bisa bergerak. Sekarang sih sudah maju, bisa diganjal pakai titanium tapi tetap leher tegak dan risiko beban ke tulang lainnya bisa 2,3 kali lipat lebih berat," tambah dia.
Nah, untuk metode terbaru yakni mobile. Pasien bisa langsung beraktivitas keesokan harinya setelah operasi. Tindakan ini, kata dr Sofyan, bernama mobile discoplasty di mana merupakan bedah mikro sehingga tidak memerlukan jahitan dan minim rasa nyeri.
"Kami membawa teknologi ini dari Perancis. Jadi irisannya hanya tiga senti, bantalan diganti baru tinggal diselipkan ke tulang leher tanpa jahitan tanpa nyeri. Pulang sudah nggak perlu kontrol, besoknya sudah bisa beraktivitas seperti biasa," tandas dia.
Baca Juga: Tak Pernah Minum Air Putih, Perempuan Ini Lumpuh Nyaris Tewas