Suara.com - Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar, prevalensi rinitis masyarakat Indonesia mencapai 24,3 persen. Sementara rinitis atau radang selaput hidung itu sendiri, bisa disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu alergi dan selesma. Sakit ini, dianggap mampu mempengaruhi kualitas hidup anak.
Hal tadi diungkapkan oleh dr. Darmawan Budi Setyanto Sp.A (K) dalam acara Merck Pediatric Forum 2018: Tatalaksana Perawatan Anemia dan Rinitis untuk Peningkatan Kualitas Hidup Anak dan Keluarga di Jakarta, Minggu, (22/07/2018).
Ia menyatakan, prevalensi atau bagian dari studi epidemiologi tentang jumlah manusia dalam populasi yang mengalami penyakit, dalam hal ini adalah rinitis, faktornya berbeda-beda.
Dua penyebab rinitis ini, kata Darmawan Budi Setyanto , salah satunya adalah disebabkan oleh faktor alergi.
Baca Juga: Sandiaga Minta Copot Spanduk Pemimpin Milennial 2019 Sandi - AHY
"Misalnya, reaksi berlebihan karena debu. Ini bisa berlangsung berulang atau menahun," paparnya seraya menambahkan, prevalensi akibat alergi di Asia berbeda-beda besarannya.
Semisal di Bangkok, Thailand, kejadian rinitis akibat alergi mencapai 25 persen, tetapi di Indonesia hanya 5 persen.
"Datanya berbeda-beda, tetapi di seluruh dunia rata-rata mencapai 15 persen untuk setiap negara," tukasnya.
Sementara penyebab rinitis lainnya adalah karena selesma atau common colds. Selesma atau common colds merupakan penyakit dengan gejala yang sama seperti flu, tetapi lebih ringan.
"Selesma akan membaik dengan sendirinya tidak lebih dari 10 hari," tambah Darmawan Darmawan Budi Setyanto.
Baca Juga: Saatnya Metalhead Berpesta di Hammersonic 2018
Namun meski dianggap umum, agar kualitas hidup si anak tidak terganggu, perlu bagi orangtua untuk memantau kondisi kemungkinan terjadinya pilek ini. Bila disebabkan selesma, mungkin bisa cepat ditanggulangi. Namun bila penyebabnya alergi, meski diusut lebih detail agar kondisi berulang sakit rinitis ini bisa diminimalkan.