Suara.com - Di era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini, manusia tak bisa lepas dari penggunaan gawai dan internet. Hal ini turut berdampak pada berbagai hal, termasuk hilangnya beberapa profesi yang kini digantikan artificial intelegence (AI/kecerdasan buatan) seperti robot.
Namun, revolusi ini sekaligus mendorong hadirnya profesi baru yang mungkin sebelumnya tak pernah terpikirkan seperti Youtuber, Blogger hingga Influencer. Nah, sebagai orangtua bagaimana seharusnya menyikapi perubahan zaman ini?
Disampaikan Fatiyani Pramesti, psikolog dari Ruang Tumbuh, mau tak mau orangtua harus turut menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Ia mencontohkan, di era media sosial ini orangtua tak ada salahnya untuk turut menggunakan media sosial. Bukan untuk memata-matai anak, namun menurutnya, agar bisa menganalisis sendiri potensi maupun efek negatif dari penggunaan media sosial.
"Misalnya, bikin Instagram juga karena anak zaman now pada aktif di media sosial. Jadi orangtua bisa mempelajari positif dan negatif Instagram terus menilai dengan karakter kayak gini bagaimana efeknya ke anak," ujar Fati dalam talkshow bertema 'Menyiapkan Gen Z Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0' di Jakarta, Sabtu (21/7/2018).
Baca Juga: Gen Z Yellow, Tren Warna Berani untuk Generasi Z
Ia menambahkan, orangtua tak perlu khawatir atau cemas berlebihan ketika menghadapi perubahan era seperti sekarang. Justru, kata dia, orangtua juga harus beradaptasi sembari tetap membatasi penggunaan gawai pada buah hatinya.
"Karena bagaimana pun perubahan era ini tidak bisa dilawan. Jadi ikuti saja. Justru orangtua harus aware nanti ada pekerjaan yang bisa digantikan artificial intelegensi. Manfaatkan perubahan era ini untuk menyiapkan anak menghadapi masa depannya," tambah Fati.
Dalam kesempatan yang sama, Zata Ligouw, Editor in Chief Lola Magz yang sudah dikaruniai dua anak mengakui bahwa orangtua tak perlu sepenuhnya melarang anak menggunakan gawai. Menurutnya, gawai juga bermanfaat untuk menggali potensi dan bakat anak yang selama ini tak didapatnya di dunia nyata.
"Jadi anak aku yang pertama itu screen time-nya lebih lama dibandingkan adiknya. Pernah suatu waktu aku tanya kok main gadget terus sih, dia jawabnya lagi nonton tutorial bikin film pendek di YouTube, kebetulan jurusan dia SMK broadcasting pas aku lihat oh iya bagus. Jadi dia bisa pelajari hal-hal secara otodidak lewat internet dan itu positif," tambah dia.
Ketimbang melarang, Zata lebih senang mengatur anak-anaknya dalam menggunakan gadget. Tentu saja, dengan batasan pemakaian waktu tertentu untuk meminimalisir risiko kecanduan dan kurangnya aktivitas fisik.