Suara.com - Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang masih mendera Indonesia. Salah satu penyebabnya, adalah kurangnya asupan gizi yang diterima anak pada 1.000 hari pertama kehidupan. Sayangnya banyak orangtua tak menyadari, bahwa anaknya mengalami stunting sehingga berisiko buruk bagi kondisi fisik dan kecerdasan anak di masa mendatang.
Disampaikan Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif SpA (K), selaku Ketua Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM, salah satu hal yang bisa dicurigai adalah penurunan berat badan (BB) anak. Pasalnya, anak dengan gizi yang baik akan mengalami kenaikan berat badan secara bertahap.
"Kalau berat badan anak turun, asupan energi tidak cukup. Asupan energi itu dipakai untuk perkembangan otak. Sehingga bila BB turun, IQ juga turun namun orangtua tidak sadar," ujar dr Damayanti pada Forum Ngobras di Jakarta, Rabu (18/07/2018).
Mengutip penelitian yang dilakukan selama 40 tahun, dr Damayanti mengatakan bahwa anak yang mengalami gizi buruk di bawah satu tahun, 25 persen berisiko memiliki tingkat kecerdasan di bawah 70, dan 40 persen berisiko memiliki IQ antara 71 - 90.
Baca Juga: Ini Target Febri Hariyadi untuk Persib di Akhir Paruh Musim
"Stunting selalu dimulai dengan BB kurang. BB pelan-pelan turun tetapi orangtua membiarkannya. Bila diberi ASI, mengapa berat badan turun, mungkin teknik menyusuinya yang harus diperbaiki. Kalau ASI kurang bisa dibantu dengan ASI donor atau sufor yang khusus untuk mengintervensi kenaikan BB," tambahnya.
Stunting sendiri menurut dr Damayanti menjadi masalah karena meningkatkan risiko kematian. Selain itu stunting, juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan menjadi 11 persen, pendapatan turun sebesar 22 persen dan mempengaruhi perolehan GDP sebesar 16 persen.