Akibat Vaginismus, Perempuan Ini Tak Bisa Bercinta

Minggu, 08 Juli 2018 | 21:30 WIB
Akibat Vaginismus, Perempuan Ini Tak Bisa Bercinta
Ilustrasi perempuan menstruasi [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Karen Buono adalah seorang penderita vaginismus, suatu kondisi yang menyebabkan alat reproduksinya menyempit serta terasa sakit berkepanjangan. Akibat vaginismus, perempuan ini tak bisa bercinta.

Ia bahkan tidak bisa memasukkan tampon, atau melakukan pap smear. Apalagi melakukan hubungan seks, karena hal ini bakal membuat dia bakal sangat kesakitan. Demikian deritanya, akibat vaginismus, perempuan ini tak bisa bercinta. Serta merasakan keintiman dambaan kaum hawa.

"Saya belum pernah mencoba menggunakan tampon sebelumnya, sehingga benda inilah yang saya gunakan sebagai upaya pertama untuk sebuah penetrasi," kisah perempuan yang kini berusia 34 tahun itu.

Tetapi hal ini tidak membuahkan hasil, karena terjadi penyempitan atas organ vitalnya.

Baca Juga: Isak Tangis Warnai Rumah Ridwan, Korban Kebakaran Kemenhub

Saat berusia sekitar 20 tahunan, Karen memikirkan cara lain. Ia mencoba bercinta dengan kekasihnya. Hasilnya nihil. Ibaratnya bagai usaha sepasang manusia yang mencoba merobohkan dinding bata.

"Saya berpikir, mungkin kegagalan ini disebabkan karena kami melakukan untuk pertama kalinya," lanjut Karen. "Jadi kami menunggu sebentar dan mencobanya lagi. Namun tetap saja hasilnya nihil. Akhirnya kami menyerah begitu saja."

Seiring bertambahnya usia, perempuan ini mencoba lagi dengan kekasihnya yang baru. Sedihnya, kejadian dinding bata kembali terulang.

Sang kekasih naik darah. Karen dimarahi dan disarankan agar lebih santai. Dia bahkan mencoba mabuk agar otot-ototnya kendur. Tetapi tetap saja gagal.

"Saya sangat tertekan. Saya sangat menginginkan fase bercinta ini. Namun tetap saja tidak berhasil dilakukan. Timbul sebuah pemahaman yang menyalahkan diri sendiri karena mustahil berhubungan seks," tandasnya.

Baca Juga: Kemenhub Kebakaran, 2 Pekerja Ditemukan Tewas Nyaris Bugil

Antara rasa sakit secara fisik pada organ reproduksi dibarengi frustrasi, Karen menyatakan kepada kekasihnya bahwa ia akan bercinta setelah menikah saja. 

"Ketika saya berusia 25 tahun, saya merasa sudah cukup berusaha. Saya membayar 4.000 dolar AS untuk menjalani pemeriksaan dokter,  dengan pembiusan untuk melihat secara lengkap, apa yang salah pada organ reproduksi ini," ujar Karen. 

Laman berikut adalah cerita, bagaimana ia terpukul oleh kondisi tak lazim yang menimpanya.

"Saya tercengang, karena hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa seluruh organ perempuan saya baik-baik saja. Kecuali satu nama, "vaginismus". Sayangnya, saya tidak pernah benar-benar tahu apa itu, sampai akhirnya pergi menemui spesialis di usia 31 tahun, dan secara resmi ia mendiagnosis saya dengan kondisi itu," ujar Karen yang akhirnya bisa memahami kelainan kondisi organ vitalnya. 

Pada usia itulah, ia memutuskan untuk tidak menyerah sebagai penyandang vaginismus. Setelah empat bulan mengikuti terapi fisik, pada usia 32 tahun, Karen melakukan penetrasi seks untuk pertama kalinya bersama kekasih yang kini menjadi suaminya, Joe Johnson. 

Ilustrasi perempuan mengalami nyeri dada. (Shutterstock)
Ilustrasi perempuan [Shutterstock]

"Setelah empat bulan terapi , saya sembuh. Saya akhirnya bisa berhubungan seks untuk yang pertama kalinya di usia 32 tahun. Ini adalah sebuah hal terindah dalam hidup saya.  Akhirnya bisa kehilangan keperawanan dengan lelaki yang saya cintai," ungkapnya bahagia.

Terapi fisik yang dilakukan oleh spesialis Dr Lynn Deang melibatkan penggunaan dilator, semacam plastik tipis untuk memperluas organ intim Karen secara bertahap serta latihan pernapasan dan teknik relaksasi.

"Selama dua bulan pertama, saya mengunjungi dokter dua kali seminggu. Penanganan organ intim dilakukan sesudahnya, tahap awal hanya sebatas teknik pernapasan dan latihan relaksasi," papar Karen secara detail.

Tahun lalu, Joe melamar Karen, dan pasangan ini menikah pada April 2018, yang dihadiri oleh Dr Deang.

"Saya mengundang dokter saya ke pernikahan karena semua ini tak bakal terjadi tanpa bantuannya!" ucap Karen penuh optimisme.

"Bagi perempuan di mana saja, jangan hadapi vaginismus dalam diam. Anda mesti mengerti, akibat vaginismus perempuan ini tak bisa bercinta. Jadi jangan pernah menyerah, masih ada harapan walau saya sendiri awalnya juga pesimistis. Kini saya semakin bahagia," tukasnya menutup percakapan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI