Rajin Bangun Pagi, Risiko Depresi Pada Perempuan Menurun

Kamis, 21 Juni 2018 | 10:00 WIB
Rajin Bangun Pagi, Risiko Depresi Pada Perempuan Menurun
Ilustrasi perempuan tidur lebih awal saat malam [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para perempuan yang gemar atau selalu berusaha bangun pagi hendaknya berbahagia membaca temuan ini. Sebuah penelitian yang dilakukan atas 32.000 perempuan responden di Amerika Serikat menghasilkan temuan menarik. Perempuan yang rajin bangun pagi cenderung tidak akan mengalami depresi

Penelitian yang dilakukan Universitas Colorado di Boulder, dan Brigham and Women's Hospital di Boston ini menemukan bahwa: perempuan yang suka bangun lebih awal cenderung lebih rendah risikonya terkena penyakit fisik dan mental, karena paparan cahaya matahari di siang hari cenderung lebih besar.

Dalam risetnya, para pakar itu memeriksa hubungan antara gangguan suasana hati dan jumlah paparan cahaya matahari para responden. Kecenderungan ini biasanya bermanifestasi dalam berbagai skala, mulai dari yang suka bangun pagi dan tidur lebih awal saat malam, atau lebih suka rutinitas yang berlawanan.

Peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang berada di skala pertama yaitu bangun pagi dan tidur lebih awal berisiko 12 hingga 27 persen lebih rendah untuk mengembangkan depresi.

Baca Juga: Mengenal Wijaya Saputra alias Wijin, Mantan Pacar Agnez Mo

Ketika penelitian dimulai pada 2009, tidak seorang pun peserta didiagnosis dengan depresi. Pada saat itu, 37 persen responden mengaku mereka senang bangun pagi, 53 persen lainnya mengatakan mereka berada dalam skala menengah dan 10 persen lainnya menggambarkan diri mereka sebagai tipe malam.

Setelah penelitian selesai, Céline Vetter, periset utama dan timnya menemukan 290 respondennya yang tergolong tipe malam mengalami depresi.

"Temuan ini memberi tahu kita bahwa mungkin ada pengaruh paparan cahaya di siang hari pada risiko depresi yang tidak didorong oleh faktor lingkungan dan gaya hidup," jelas Vetter.

Orang yang cenderung menjalani kehidupan lebih banyak di malam hari, lanjut Vetter tak memiliki banyak waktu untuk berolahraga atau menjalani pola makan sehat. Faktor ini juga ikut berperan dalam mengembangkan gangguan mental seperti depresi.

Baca Juga: Eks Liverpool: Inggris Belum Siap Jadi Juara Dunia!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI