Suara.com - Dosen Universitas Muhammadiyah Malang berinovasi dengan membuat beras berbahan baku ubi Garut. Adalah Damat, Dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM, yang meneliti ubi Garut menjadi pengganti beras yang kaya vitamin dan mineral.
"Ubi Garut selama ini jarang dilirik," katanya, Senin (3/5/2018).
Sedangkan konsumsi beras penduduk di Indonesia mencapai 140 gram per kapita, sehingga menempatkan konsumsi beras tertinggi kedua di dunia.
Resah dengan tingkat konsumsi beras yang tinggi, sedangkan banyak ragam umbi yang tak diolah, Damat mengolah ubi Garut untuk ketahanan pangan, sebagai usaha untuk diversifikasi pangan sekaligus inovasi keanekaragaman pangan.
Dia bertahun-tahun meneliti umbi-umbian terutama ubi Garut. Selama ini ubi Garut merupakan salah satu varietas tanaman penghasil glikemik yang rendah. Sehingga baik sebagai bahan pengganti beras. "Cocok untuk penderita diabetes," kata Damat.
Dia mengolah ubi Garut dalam dua varian berbeda. Yakni beras Garut Kaya Antioksidan (RASGADAN) dan Beras Garut Kaya Bethasianidin (RASGANIN). RASDAGAN terbuat dari pati ubi Garut dengan buah naga yang kaya antioksidan.
"Buah naga mudah diperoleh dan tak banyak dimanfaatkan," ujar Damat.
Beras berwarna merah dengan campuran buah naga merah. Sedangkan RASGANIN olahan pati ubi Garut dengan ekstrak wortel yang kaya vitamin A.
Beras berwarna kekuning-kuningan dari sari wortel. Beras ini bermanfaat untuk mengurangi jumlah anak-anak kekurangan vitamin A. Di Indonesia mencapai 60 persen.
Damat juga telah mengembangkan tepung pati ubi Garut sebagai campuran roti. Tepung pati telah diolah menjadi roti di UMM Bakery. (Sugianto)