Virus Nipah di India Renggut Nyawa Seorang Suster

Selasa, 29 Mei 2018 | 12:38 WIB
Virus Nipah di India Renggut Nyawa Seorang Suster
Virus nipah di India renggut nyawa seorang suster. (Twitter)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Saya rasa saya tidak akan bisa bertemu kamu lagi. Maaf. Tolong besarkan anak kita dengan baik." Begitulah pesan terakhir Lini Puthussery, seorang suster yang berada di garis depan perjuangan India melawan virus Nipah, yang ditulisnya pada secarik kertas dan ditujukan untuk sang suami, Sajish Parambath.

Lini meninggal pada Senin (21/5/2018) lalu, meninggalkan seorang suami dan dua anak yang masih kecil-kecil.

Hingga saat ini, virus Nipah telah merenggut belasan nyawa masyarakat Kozhikode, dan memaksa puluhan orang dirawat serta dikarantina.

Virus Nipah, yang bisa menular dari hewan ke manusia, merupakan virus yang sangat sulit didiagnosis.

Baca Juga: Truk 'Transformer' Terguling di Depan Giant Bekasi Barat

Gejalanya meliputi demam, muntah-muntah, dan sakit kepala. Tingkat kematian virus Nipah mencapai 70 persen dan belum ada vaksin yang tersedia.

Lini sendiri merupakan suster yang merawat satu keluarga yang telah didiagnosis virus Nipah. Ia diduga menghabiskan waktu semalaman untuk merawat keluarga tersebut.

Menurut berita yang beredar, ketika Lini merasakan gejala yang sama seperti keluarga yang ia rawat, ia langsung ke rumah sakit dan meminta untuk di karantina.

Suaminya, Sajish, adalah seorang akuntan yang bekerja di Bahrain. Ia pulang ke India setelah saudaranya menelepon dan mengatakan bahwa Lini dirawat di rumah sakit.

Kepada BBC, Sajish Parambath juga mengaku sempat ditelpon oleh Lini. "Dia bilang, 'saya sakit dan saya akan pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan," katanya.

Baca Juga: 4 Inspirasi Karier Zaman Now yang Bisa Dimulai Sejak Kuliah

Namun, saat Sajish sampai di Kozhikode pada Minggu pagi, Lini sudah terbaring lemas di ICU.

"Dia menggunakan alat oksigen karena level oksigennya sangat rendah. Dia tidak dapat bicara, tapi dia memegang tangan saya dan menggenggamnya."

Setelah Lini meninggal, seorang kerabat memberikan Sajish catatan terakhir Lini yang sempat ditulisnya. Catatan itu kini banyak disebar di media sosial setelah Sajish membagikan kenangan tersebut pada media-media di India.

Kematian Lini membuat warganet bersedih, dan mengatakan bahwa Lini telah mengorbankan hidupnya. Masyarakat umum, pemerintah, serta pelaku medis kini menyematkan kata 'pahlawan' untuk menggambarkan dedikasi Lini semasa hidup.

Nipah sendiri menduduki urutan nomor satu dari 10 penyakit prioritas WHO yang diidentifikasi akan menjadi wabah besar yang potensial.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI