Suara.com - Pili trianguli et canaliculi, sebuah istilah medis yang mungkin jarang terdengar oleh kita. Ini merupakan sebuah sindrom langka yang menyebabkan penderitanya memiliki rambut kaku, jabrik berwarna putih yang tidak bisa disisir.
Saat ini, ada sekitar 100 kasus dari seluruh dunia yang dilaporkan mengalami kondisi yang juga dijuluki sebagai "Uncombable Hair Syndrome". Salah satunya adalah Taylor McGowan, bocah dari Chicago, Illinois, Amerika Serikat.
Kondisi ini mulai terlihat pada Taylor saat dirinya berusia lima bulan. Pelan-pelan, rambutnya mulai tumbuh pirang. Seiring berjalannya waktu, warna pirangnya semakin memudar. Rambutnya juga tumbuh mencuat keluar, tidak bisa disisir, dan tidak bisa diatur oleh produk apa pun.
Baca Juga: Raffi Ahmad Diramal Bakal Menduda dan Nikahi Ayu Ting Ting?
Akhirnya, orang tua Taylor, Cara dan Tom, menyadari bahwa anak perempuan mereka mungkin memiliki sindrom langka, setelah menemukan gambar orang lain di internet dengan gaya rambut yang sama.
Cara dan Tom kemudian mencari seseorang yang ahli mengenai sindrom langka yang diderita anak mereka, dan bertemu dengan Profesor Regina Betz dari Universitas Bonn di Jerman.
Profesor Betz saat ini adalah tokoh utama dalam penelitian Pili trianguli et canaliculi. Timnya di Institute of Human Genetics menyatakan bahwa kondisi ini disebabkan oleh mutasi pada satu dari tiga gen, yakni PADI3, TGM3 dan TCHH.
Setelah melakukan pengujian genetik pada orangtua Taylor, ditemukan bahwa mereka berdua membawa mutasi gen PADI3 yang kemudian diturunkan ke putri kecil mereka.
Cara dan Tom yang awalnya mencoba 'menjinakkan' rambut Taylor, akhirnya menyerah dan memutuskan untuk membuang semua produk, serta memilih untuk membiarkan rambut putri mereka tumbuh secara alami.
Baca Juga: Lola Amaria Ajak 4 Sutradara Bikin Film tentang Pancasila
"Total, kami telah mencoba sekitar 15 produk," kata Cara.