4 Masalah Gizi Intai Remaja Indonesia

Selasa, 15 Mei 2018 | 13:09 WIB
4 Masalah Gizi Intai Remaja Indonesia
Gizi seimbang agar remaja tidak diintai masalah kesehatan [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Generasi muda menentukan masa depan suatu bangsa.  Ketika remaja suatu bangsa sehat dan produktif, maka bisa dipastikan masa depan bangsa akan lebih baik. Sayangnya remaja di Indonesia masih menghadapi beragam masalah kesehatan.

Hal ini disampaikan oleh Plt. Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dr. Pattiselano Robert Johan, MARS. Ia mengungkapkan, bahwa ada empat masalah kesehatan yang mengintai remaja di negara kita.

"Edukasi pentingnya mengonsumsi gizi seimbang pada remaja perlu ditingkatkan untuk mencegah empat masalah kesehatan ini pada remaja," tandasnya. 

Berikut adalah pokok-pokok penting empat masalah kesehatan remaja yang mesti dicermati, seperti dirangkum Suara.com.

Baca Juga: Eksplor Pangan Khas Semarang Lewat Jelajah Gizi 2018

1. Anemia

Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia, menurut dr Johan adalah masalah gizi mikro nutrien, yakni sekitar 12 persen remaja laki-laki dan 23 persen remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi.

Anemia di kalangan remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki. Kondisi ini, kata dia, dapat berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktivitas.

"Selain itu, secara khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR)," paparnya.

Kabar baiknya, anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah (TTD). Pemerintah memiliki program rutin terkait pendistribusian TTD bagi wanita usia subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil.

Baca Juga: Kemenkes Bangun Rumah Gizi Pemantau Kondisi Masyarakat Papua

2. Stunting

Remaja Indonesia banyak yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki tinggi badan yang pendek atau disebut stunting. Rata-rata tinggi anak Indonesia, kata dr Johan, lebih pendek dibandingkan standar WHO, yaitu lebih pendek 12,5 cm pada laki-laki dan lebih pendek 9,8 cm pada perempuan.

Stunting sendiri dapat menimbulkan dampak jangka pendek, di antaranya penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan sistem metabolisme tubuh yang akhirnya bisa menimbulkan risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas.

"Pencegahan dan penanganan stunting menjadi salah satu prioritas nasional guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu menciptakan manusia Indonesia yang tinggi, sehat, cerdas, dan berkualitas," imbuh dia.

3. Kurang Energi Kronis (KEK)

Remaja yang kurus atau kurang energi kronis bisa disebabkan karena kurang asupan zat gizi, baik karena alasan ekonomi maupun alasan psikososial seperti misalnya penampilan.

Kondisi remaja KEK meningkatkan risiko berbagai penyakit infeksi dan gangguan hormonal yang berdampak buruk di kesehatan. Kabar baiknya, kondisi ini sebenarnya dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

4. Kegemukan atau Obesitas

Dari data Global School Health Survey 2015 ditemukan bahwa 93,6 persen remaja kurang mengonsumsi sayur dan buah, dan 75,7 persen diantaranya sering mengonsumsi makanan berpenyedap. Tak hanya itu, 42,5 persen remaja juga cenderung menerapkan pola sedentary life, sehingga kurang melakukan aktivitas fisik. Hal-hal ini meningkatkan risiko remaja menjadi gemuk, overweight, bahkan obesitas.

"Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoporosis dan lain-lain yang berimplikasi pada penurunan produktivitas dan usia harapan hidup," ujar Johan.

Ia menambahkan, sebenarnya obesitas pada remaja dapat dicegah dengan mengatur pola dan porsi makan dan minum, perbanyak konsumsi buah dan sayur, banyak melakukan aktivitas fisik, hindari stres dan cukup tidur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI