Bangga, Indonesia Jadi Pusat Riset Vaksin OKI

Senin, 14 Mei 2018 | 19:03 WIB
Bangga, Indonesia Jadi Pusat Riset Vaksin OKI
Vaksin yang mengandung komponen difteri sebelum didistribusikan, di Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masyarakat patut berbangga, pasalnya hari ini Indonesia resmi didapuk sebagai pusat riset vaksin dan produk bioteknologi Organisasi Kerjasama Islam atau OKI. Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan bahwa penunjukkan ini merupakan tindak lanjut dari resolusi pertemuan Islamic Conference of Health Ministers (lCHM) ke-6 di Jeddah pada 6-7 Desember 2017 lalu.

"Ini merupakan suatu kebanggaan untuk negara kita karena dipercaya menjadi pusat penelitan dan pengembangan vaksin serta sediaan biologis yang lebih efisien untuk mengantisipasi wabah penyakit yang tidak dapat diprediksi," ujar Menkes Nila, Senin (14/5/2018).

Dalam pelaksanaannya, Indonesia, kata Menkes Nila, akan menjadi sentra aktivitas pengembangan vaksin dan produk bioteknologi serta menjadi forum kolaborasi para peneliti dalam melakukan inovasi dan berbagi pengetahuan terkait proses produksi di bidang vaksin dan produk bioteknologi.

"Pusat riset vaksin dan sediaan biologis (Centre of Excellence on Vaccines and Biotechnology Products) diharapkan dapat menghasilkan penelitian dan pengembangan yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh anggota di masa mendatang," imbuh Menkes.

Baca Juga: Satu Terduga Teroris Ditangkap di Graha Pena Jawa Pos

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) sendiri memiliki Vaccine Manufacturers Group (VMG) yang beranggotakan produsen vaksin di negara Islam, antara lain Indonesia, Turki, Tunisia, Iran, Malaysia, Senegal, Maroko, Mesir, dan Arab Saudi.

Salah satu yang melatarbelakangi terbentuknya pusat riset ini adalah kondisi masyarakat global yang terus menghadapi ancaman penyakit, baik berupa penyakit infeksi baru ataupun infeksi lama berulang yang akan menyebabkan risiko pandemi global. Namun sayangnya, laju pengembangan penelitian dan teknologi kesehatan lebih lambat dan tidak dapat mengikuti cepatnya perkembangan penyaklt yang ada.

"Dengan peluncuran hari ini, maka akan terjadi percepatan dari seluruh rangkaian aktivitas sebagaimana yang direncanakan. Semoga center of excelent ini dapat mencapai tujuannya untuk mewujudkan kemandirian vaksin dan produk bioteknologi di negara-negara anggota OKI dan bisa berkontribusi terhadap kesehatan dunia", tambah Menkes.

Pemberian vaksin, seperti kita ketahui merupakan salah satu upaya dalam melindungi manusia terhadap berbagai penyakit. Sayangnya, hingga saat ini belum semua negara OKI memiliki kemampuan untuk menyediakan vaksin maupun obat lain yang dibutuhkan untuk profllaksis maupun pengobatan terutama dalam mengatasi wabah penyakit menular.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), M. Rahman Roestan, mengatakan bahwa penunjukkan Indonesia sebagai pusat riset vaksin memperlihatkan kemampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan vaksin di negara sendiri.

Baca Juga: Ketua Pansus Salahkan Pemerintah Tunda Penyelesaian RUU Terorisme

Mengenai isu halal, Roestan mengatakan di antara negara Islam, kehalalan vaksin dan obat-obatan belum dipersyaratkan. Bahkan menurut dia, isu halal di Indonesia lebih maju dibandingkan negara-negara Islam lainnya.

"Di negara seperti Arab Saudi sudah disuplai dari Indonesia. Ada 49 negara Islam yang sudah di suplai vaksin oleh Indonesia. Arab Saudi selain disuplai final produk, minta Indonesia transfer teknologi untuk memproduksi vaksin," tambah Roestan.

Sebagai perusahaan BUMN yang memproduksi vaksin di Indonesia, PT Bio Farma, kata Roestan, berusaha untuk memenuhi kebutuhan vaksin di dalam negeri terlebih dahulu. Baru sisa kapasitas produksi akan digunakan untuk membantu negara OKI yang belum memiliki pabrik vaksin.

Negara yang sudah diakui WHO untuk imunisasi dasar baru Indonesia. Ini artinya, Indonesia mendapat kepercayaan menjadi pempimpin dalam memproduksi vaksin. Kita akan support negara OKI lainnya," tandas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI