Suara.com - Manager legendaris Manchester United, Sir Alex Ferguson baru saja menjalani operasi perdarahan otak, pada Sabtu (5/5/2018) waktu Inggris.
Lelaki berusia 76 tahun itu saat ini sedang dalam masa pemulihan pascaoperasi darurat yang dilakukan di Rumah Sakit distrik Macclesfield. Dalam sebuah pernyataan, klub mengatakan bahwa prosedur operasinya berjalan dengan sangat baik, tetapi Sir Alex membutuhkan waktu untuk perawatan intensif guna mengoptimalkan kesembuhannya.
Seperti diketahui, Sir Alex meninggalkan Old Trafford pada tahun 2013 setelah 26 tahun berkarier di Man. United, dan itu membuatnya menjadi manajer terlama di klub. Selama mengasuh The Red Deevils, ia telah memenangkan 13 gelar Premier League, dua Piala Eropa, dan lima Piala FA.
Lantas, bagaimana kondisi Ferguson pasca-operasi? Dikutip dari The Independent, Luke Griggs selaku juru bicara lembaga amal cedera otak Inggris Headway menyatakan, prospek pemulihan pasien bisa bervariasi, sangat tergantung oleh berbagai faktor, termasuk di mana titik letak terjadinya pendarahan dan ukurannya.
Baca Juga: Kata Ayu Ting Ting soal Video The Secret-nya Dimsum Martabak
"Setiap cedera otak itu unik, begitu pula dengan pemulihan masing-masing individu," ungkap Mr Griggs.
Banyak pasien akan selamat dari perdarahan di otak, tetapi pemulihan bisa memakan waktu berbulan-bulan. Dalam beberapa kasus, rehabilitasi ekstensif diperlukan untuk mendapatkan kembali fungsi, termasuk terapi bicara dan terapi fisik.
Beberapa orang bahkan bisa mengalami kondisi lemah dalam jangka waktu panjang, kejang, sakit kepala, atau mengalami masalah ingatan.
Sejak berita tentang kondisi Sir Alex terjadi, ungkapan simpati telah membanjiri dunia sepakbola. Griggs pun memiliki harapan tersendiri untuk kesembuhan Ferguson.
"Saya berharap dia berada di tangan yang tepat dan saya berharap operasinya sukses, sehingga dia bisa pulih total," tambahnya.
Baca Juga: Bangga! 6 Seleb Dunia Ini Pakai Aksesoris Karya Rinaldy Yunardi
Sementara itu, Griggs juga menjekaskan tentang pendaharan otak yang dialami Ferguson. Sederhananya, itu adalah perdarahan di dalam atau di sekitar otak, yang menyebabkan pembengkakan, dan darah menggumpal membentuk massa yang dikenal sebagai hematoma. Hal itu dapat meningkatkan tekanan pada otak dan mengurangi aliran darah penting serta membunuh sel otak.
Orang yang mengalami kondisi ini kadang-kadang akan mengalami gejala yang mirip dengan stroke, dengan kelemahan pada satu sisi tubuh atau mengalami mati rasa. Kadang-kadang pasien akan mengalami sakit kepala parah atau kesulitan berbicara atau melihat.
Gejala perdarahan otak dapat berupa sakit kepala secara tiba-tiba yang begitu menyiksa. Sering kali digambarkan seperti kepala yang dipukul tiba-tiba, leher menjadi kaku, kurangnya kepekaan terhadap cahaya, dan pengelihatan kabur, hingga hilang kesadaran, dan kejang.
Ada sejumlah alasan mengapa pendarahan otak dapat terjadi. Menurut NHS, biasanya tidak ada tanda peringatan tertentu yang menunjukkan perdarahan subarachnoid akan terjadi, tetapi bisa disebabkan oleh ketegangan fisik.
Luke Griggs, mengatakan kondisi kadang-kadang dapat terjadi secara spontan sebagai akibat dari aneurisma yang pecah, atau dikenal sebagai stroke haemorrhagic.
"Perdarahan juga bisa diakibatkan oleh pukulan ke kepala, dengan keparahan yang signifikan. Tetapi kadang-kadang bisa terjadi setelah cedera kepala yang tampaknya ringan," jelasnya. (Vessy Frizona)