Perempuan yang Gemar Sayur dan Buah Lebih Cepat Hamil?

Jum'at, 04 Mei 2018 | 15:35 WIB
Perempuan yang Gemar Sayur dan Buah Lebih Cepat Hamil?
Ilustrasi perempuan gemar menyantap buah dan sayur. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berbahagialah perempuan yang gemar makan sayur dan buah, karena sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Human Reproduction menemukan bahwa perempuan yang memiliki kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah lebih mungkin untuk mendapatkan kehamilan lebih cepat ketimbang mereka yang mengonsumsi makanan cepat saji.

"Temuan menunjukkan bahwa konsumsi makanan berkualitas meliputi buah dan meminimalkan konsumsi makanan cepat saji meningkatkan kesuburan dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk hamil," kata peneliti utama dari Adelaide University, Claire Roberts, dilansir Medical Daily.

Untuk mendapatkan temuan ini, peneliti menganalisis diet 5.598 perempuan di Australia, Selandia Baru, Inggris, dan Irlandia. Mereka juga ditanyai berapa jumlah anak yang dimiliki dan rentang waktu yang dibutuhkan untuk hamil.

Peneliti menemukan, perempuan yang mengonsumsi buah kurang dari 1-3 kali sebulan membutuhkan waktu setengah bulan lebih lama untuk hamil bila dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi buah 3 kali atau lebih sehari dalam sebulan.

Baca Juga: April Jasmine Alami Kontraksi, Persalinan Dipercepat

Selain itu peneliti juga menemukan bahwa konsumsi makanan cepat saji jelang pembuahan dapat menunda waktu perempuan untuk hamil. Perempuan yang mengonsumsi makanan cepat saji empat kali atau lebih dalam seminggu membutuhkan waktu hampir satu bulan lebih lama untuk hamil jika dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah atau jarang mengonsumsi makanan cepat saji.

Makanan cepat saji ini termasuk burger, pizza, ayam goreng dan keripik. Menurut peneliti, kandungan phthalates yang sering ditemukan dalam makanan cepat saji dapat memiliki efek buruk pada kesuburan kaum hawa.

Sayangnya temuan ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut karena terbatasnya metode pengumpulan data. Alasannya, peneliti tidak memasukkan gaya hidup laki-laki dalam penelitian ini. Padahal gangguan kesuburan tidak hanya tanggung jawab perempuan, tapi juga laki-laki.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI