Empat Jenis Sunat Perempuan yang Dilarang WHO, Apa Saja?

Rabu, 25 April 2018 | 19:54 WIB
Empat Jenis Sunat Perempuan yang Dilarang WHO, Apa Saja?
Ilustrasi sunat pada perempuan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masalah sunat pada perempuan memang menjadi pro kontra di Indonesia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri pada 2013 telah mencabut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2010 yang mengatur tentang praktik sunat perempuan.

Pencabutan itu dikarenakan banyaknya pihak yang berpikir bahwa sunat perempuan yang dilakukan di Indonesia sama dengan di Afrika.

Di Afrika, sunat perempuan dilakukan dengan cara mutilasi sedangkan di Indonesia sunat perempuan dilakukan dengan cara mengores kulit yang menutupi bagian depan klitors dengan menggunakan jarum steril tanpa melukainya.

Baca Juga: Azyumardi Azra Kritik Ceramah Politik Amien Rais di Balai Kota

Pasca pencabutan peraturan tersebut, kemenkes melakukan edukasi dan sosialisasi kepada tenaga medis bahwa sunat perempuan tidak ada manfaatnya.

Namun apabila ada tenaga medis yang tetap melakukan sunat perempuan,  Ali Ghufron Mukti saat menjabat sebagai wakil menteri kesehatan pada 2014 pernah mengatakan tidak ada sanksi yang akan diberikan karena tidak ada aturannya.

“Di Indonesia itu sering disalahkan artikan dan disalah persepsikan, dianggap itu sebuah mutilasi padahal yang terjadi tidak seperti itu. Jadi oleh karena itu kita putuskan untuk dicabut pada 2013," terangnya.

Berbicara soal sunat perempuan, secara teknis, Badan Kesehatan Dunia (WHO) membagi sunat perempuan ke dalam empat jenis.

Pertama, klitoridektomi, yakni memotong sebagian atau seluruh klitoris, bagian sensitif pada alat kelamin perempuan berupa daging atau gumpal jaringan kecil pada ujung atas lubang vagina.

Baca Juga: Lagi-lagi Bunga Citra Lestari Pakai Kebaya, Duh Bikin Pangling

Kedua, eksisi, yakni memotong sebagian atau seluruh bagian klitoris dan labia minora (bibir vagina bagian dalam), dengan maupun tanpa turut memotong labia majora (bibir vagina bagian luar).

Ketiga, infibulasi, yakni menjahit atau “menyegel” vagina dengan cara memotong beberapa bagian dari labia minora atau labia majora, dengan maupun tanpa memotong bagian klitoris.

Keempat, mencakup seluruh praktik dan prosedur yang berisiko pada alat kelamin perempuan yang dilakukan di luar kepentingan medis, seperti menindik, menggores, atau menusuk area kelamin.

Berdasarkan laporan UNICEF tahun 2016, Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi di dunia dalam praktik sunat perempuan terhadap anak berusia 0 hingga 14 tahun.

Sebagai negara dengan populasi penduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia memang memiliki masyarakat yang sebagian di antaranya meyakini sunat perempuan merupakan anjuran atau perintah agama.

Hanya saja sunat perempuan di Indonesia tidak menggunakan metode ekstrem seperti di Afrika.

Metode sunat yang umum digunakan di Indonesia adalah jenis empat, dengan ketentuan tidak memotong klitoris secara berlebihan. Praktik sunat yang dilakukan “hanya” menggores klitoris.

"Sunat pada perempuan itu hanya melakukan goresan pada kulit yang menutupi bagian depan klitoris dengan menggunakan ujung jarum steril. Jadi, bukan merusak atau menyebabkan perubahan pada vagina," terang Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, dr Valleria SpOG. 

Sunat perempuan dengan cara tersebut, sambung dr valleria, untuk mencegah penumpukan smegma atau kotoran berwarna putih di klitoris. Selain itu, tindakan sunat pada perempuan ini juga bisa menstabilkan syahwat dan memuaskan pasangan.

Meski demikian, lanjut dia, tindakan sunat pada perempuan tidak dilakukan untuk indikasi medis tertentu.

Menurut Valleria, sebagian besar tindakan sunat pada perempuan lebih didasarkan pada penegakan syariat, terutama pada kalangan muslim.

"Kalau perempuan di sunat bisa mencegah kotoran dan najis, karena kulup klitorisnya dibuka. Jadi kalau beribadah lebih nyaman terbebas dari najis," ujar dia.

Selain cara menggores ini, ada pula praktik yang memotong selaput ujung klitoris, atau tidak menggores maupun memotong sedikit pun bagian klitoris, jadi sekadar simbolisasi dengan mengusap bagian klitoris dengan kunyit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI