4. Anemia Defisiensi Besi
Masalah lainnya yang dapat ditimbulkan jika balita terlalu banyak minum susu adalah meningkatnya risiko balita mengalami anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi terjadi ketika kekurangan zat besi dalam tubuh.
Zat besi diperlukan tubuh untuk mengantarkan oksigen melalui darah ke seluruh jaringan dalam tubuh. Balita membutuhkan zat besi yang cukup banyak untuk masa pertumbuhannya, terutama dibutuhkan untuk pertumbuhan otaknya, sedangkan susu tidak mengandung zat besi.
Risiko bertambah ketika anak balita tidak memakan makanan lain selain susu yang mengandung tinggi zat besi, seperti daging merah dan sayuran berdaun hijau.
Konsumsi susu sapi oleh bayi dan balita memiliki efek buruk pada cadangan besi mereka. Hal ini dapat terjadi karena kandungan zat besi sangat rendah pada susu sapi dan susu sapi dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme, karena mengandung kalsium dan kasein dalam jumlah tinggi.
Baca Juga: Saat Membeli Parfum, Kemasan Kecil Lebih Baik
Fortifikasi susu sapi dengan zat besi, seperti yang dilakukan di beberapa negara, dapat melindungi bayi dan balita terhadap efek negatif susu sapi pada status zat besi dalam tubuh.
Karena kekurangan atau kelebihan susu akan berdampak tidak baik bagi tubuh, seorang peneliti bernama Dr. Jonathon Maguire dari St. Michael’s Hospital di Toronto mencari tahu berapa jumlah konsumsi susu yang baik untuk anak.
Dalam sebuah penelitiannya yang diterbitkan oleh Journal Pediatrics menunjukkan bahwa 500 ml atau sekitar dua gelas susu per hari sudah cukup memenuhi kebutuhan vitamin D dan tidak menurunkan kadar zat besi pada anak. Penelitian ini melibatkan 1311 anak balita sehat yang berusia 2-5 tahun.