Tukak Buruli, Pandemi Borok yang Tengah Menyerang Australia

Senin, 16 April 2018 | 15:47 WIB
Tukak Buruli, Pandemi Borok yang Tengah Menyerang Australia
Ilustrasi luka. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Otoritas kesehatan Australia baru saja mengeluarkan peringatan mengenai pandemi tukak buruli. Tukak buruli atau buruli ulcer adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium ulcerans. Tahap awal infeksi ini ditandai dengan timbulnya nodul yang tidak sakit atau pembengkakan di anggota tubuh.

Dalam laporan bersama yang dibuat pemerintah Australia, organisasi riset dan penyedia perawatan kesehatan, mereka merinci bahwa pandemi tukak buruli sedang menyerang negara bagian Victoria.

"Ulkus (luka) penghancur jaringan yang biasanya ditemukan di Afrika, telah mencapai epidemik di bagian regional Victoria. Masyarakat menghadapi epidemi yang memburuk, yang didefinisikan oleh kasus-kasus yang meningkat dengan cepat, menjadi lebih parah, dan terjadi di wilayah geografis baru," kata laporan itu.

Dikatakan bahwa pada 2016 lalu ada sekitar 182 kasus tukak buruli. Namun pada kasus yang dilaporkan hingga 11 November 2017 kemarin, kejadian tukak buruli telah meningkat hingga 51 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016.

Baca Juga: Heran, Sekelas Dirut Rumah Sakit Diberi Tahu Setnov Pesan Kamar

Bakteri pada tukak buruli termasuk dalam famili organisme yang sama yang menyebabkan penyakit tuberkulosis dan lepra.

Jika didiagnosis lebih awal, konsumsi antibiotik selama delapan minggu dipercaya efektif untuk mengurangi masalah hingga 80 persen.

Namun, jika dibiarkan dan tidak diobati, bakteri pada luka dapat menginfeksi lebih jauh hingga ke tulang.

"Meskipun diakui ada di Victoria sejak 1948, upaya untuk mengendalikan penyakit telah sangat terhambat karena faktor lingkungan dan cara penularan ke manusia tetap tidak diketahui. Sulit untuk mencegah penyakit ketika tidak diketahui bagaimana infeksi diperoleh," laporan tersebut mengatakan.

Kondisi ini umumnya ditemukan di Benua Afrika terutama area air yang stagnan. "Gigitan, pencemaran lingkungan, atau trauma dapat memainkan peran dalam infeksi ini. Pakaian dapat melindungi terhadap penyakit. Bukti terbaru menunjukkan bahwa penularan manusia ke manusia tidak terjadi, meskipun kasus umumnya terjadi di antara keluarga," tambah laporan itu.

Baca Juga: Survei Median Merilis 5 Cawapres Jokowi yang Diidamkan Publik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI