Mahasiswa Indonesia Lulusan Kedokteran Pilih Praktik di Singapura

Vania Rossa Suara.Com
Sabtu, 14 April 2018 | 06:22 WIB
Mahasiswa Indonesia Lulusan Kedokteran Pilih Praktik di Singapura
Ilustrasi pasangan menjalani pemeriksaan kesehatan ke dokter. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyayangkan banyaknya mahasiswa Indonesia yang lulus pendidikan kedokteran di China membuka praktik di Singapura.

"Ada beberapa dokter yang lulus CTM (ilmu kedokteran tradisional China) membuka praktik di Singapura. Anehnya, pasiennya orang Indonesia juga. Ini masalah serius," katanya di Beijing, Jumat (13/4) malam, dalam rangka menghadiri pencanangan Tahun Inovasi China-ASEAN dan melakukan pertemuan bilateral denga Menteri Iptek China Wang Zhigang.

Ia mengungkapkan bahwa hal itu terjadi lantaran tidak ada kebijakan di Indonesia yang membolehkan mereka membuka praktik.

"KKI (Konsil Kedokteran Indonesia) dan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) tidak mengakui CTM itu. Saya langsung tugaskan dirjen saya untuk studi banding CTM," katanya dalam pertemuan dengan para mahasiswa asal Indonesia di Kedutaan Besar RI di Beijing itu.

Baca Juga: Pakar: Kalau Ingin Menang, Jokowi Harus Ambil Anies Jadi Cawapres

Menanggapi pertanyaan mahasiswa kedokteran asal Indonesia mengenai rumitnya penyetaraan ijazah dan pengajuan izin praktik kedokteran, Nasir berjanji berkoordinasi dengan KKI dan IDI selaku lembaga yang bertanggung jawab atas profesi kedokteran.

Meski demikian, menurut dia, para lulusan kedokteran dari perguruan tinggi di China harus mengikuti prosedur yang berlaku untuk menjaga kualitas dan profesionalisme dokter.

"Kaitannya dengan dokter, tidak hanya di luar negeri. Kalau di Indonesia saja untuk menempuh pendidikan sarjana kedokteran paling cepat empat tahun. Setelah empat tahun mereka harus melakukan pendidikan klinik paling cepat dua tahun. Jadi sudah enam tahun," ujarnya seperti dilansir dari Antara.

Setelah enam tahun, lulusan sarjana kedokteran masih harus mengikuti ujian kompetensi mahasiswa pendidikan dokter.

"Kalau dia tidak lulus, ya tidak boleh jadi dokter. Di Indonesia, ribuan yang tidak lulus pendidikan dokter ini. Mereka demo besar-besaran di Istana (Presiden, red.) dan DPR," kata dia.

Baca Juga: Nissan Xtrail Terbakar di Serpong , Warga Sekitar Panik

Setelah mereka lulus tidak langsung bisa praktik, melainkan harus pendidikan intensif selama satu tahun. Selain itu, mereka masih harus mengikuti pendidikan dokter layanan primer untuk menangani pasien supaya tidak langsung mendapatkan pelayanan medis dari dokter spesialis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI