Peranan Vaksinasi
Kenneth alexander, MD, Ph.D. dari Nemours Children’s Hospital, Florida, Amerika Serikat (AS) menyoroti besarnya peran vaksinasi dalam mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi HPV.
Ia mengapresiasi program vaksinasi HPV di sekolah yang sudah mulai dijalankan di Indonesia, yang dimulai dengan proyek percontohan di Jakarta tahun lalu.
Menurutnya, AS kurang bekerja dengan baik terkait vaksinasi HPV. Di sana, vaksinasi HPV dilakukan di klinik, sedangkan tidak semua orangtua sadar untuk membawa anaknya ke klinik untuk mendapat vaksinasi.
“Sedangkan di sekolah, kita bisa menjangkau semua anak, dari berbagai latar belakang. Cakupan vaksinasi di sekolah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan vaksinasi berbasis klinik,” tuturnya.
Salah satu tantangan dalam vaksinasi HPV yakni, dampaknya baru terasa sekitar 20 tahun kemudian, mengingat perjalan penyakit kanker serviks membutuhkan waktu yang lama. “Ini adalah sukses jangka panjang,” tegasnya.
Baca Juga: Bertemu Doraemon dan Teman-Temannya di T-shirt UT
Namun, keberhasilan dalam jangka pendek bisa terlihat dari vaksin HPV kuadrivalen dalam mencegah kulit kelamin. Vaksin kuadrivalen memberi perlindungan terhadap empat tipe HPV; tidak hanya tipe onkogenik (16, 18) tapi juga tipe non onkogenik yang paling sering menyebabkan kutil kelamin (6, 11).
Ini terlihat jelas pada Australia, yang memulai program vaksinasi HPV nasional dengan vaksin kuadrivalen pada 2007. “Setelah lima tahun, prevalensi kutil kelamin turun 80 persen,” ucap Prof. Kenneth.
Pada 2007, persentasenya pada perempuan usia di bawah 21 tahun hampir 12 persen, dan turun hingga kurang dari 2 persen pada 2011. Demikian pula pada kelompok usia 21 (30 persen); dari sekitar 12 persen pada 2007 menjadi kurang dari 4 persen pada 2011. Pada perempuan yang tidak divaksin, tidak ada penurunan.
Yang menarik, prevalensi kutil kelamin pada laki-laki juga ikut turun, padahal laki-laki tidak divaksin. “Jadi kita melindungi anak perempuan, tapi anak laki-laki pun ikut terlindungi. Tercipta herd immunity. Bisa kita simpulkan efikasi vaksin sangat tinggi,” tegasnya.
Drolet M, dkk (Lancet Infectious Disease, 2015) meneliti efikasi vaksin HPV terhadap penyakit terkait HPV (infeksi, kutil kelamin, CIN2+) berdasarkan data retrospektif antara 1 Januari 2007-28 Februari 2014. Dilakukan perbandingan insiden atau prevalensi infeksi HPV dan penyakit terkait HPV sebelum dan setelah implementasi program vaksinasi HPV nasional.
Baca Juga: Restoran Ini Menawarkan Menu Mi Sepanjang Empat Meter
Laporan ini mewakili lebih dari 140 juta orang dengan follow up beberapa tahun. “Terjadi penurunan bermakna dalam infeksi HPV, bahkan di negara yang cakupan vaksinasinya rendah (cakupan kurang dari 50 persen),” jelasnya.
Makin tinggi cakupan imunisasi, makin baik proteksinya.
Adapun studi meta-analisis oleh Garland SM, dkk (Clinical Infectious Disease, 2016) menilai dampak dan efektivitas dari vaksin HPV kuadrivalen selama 10 tahun di 9 negara (Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Jerman, Selandia Baru, Swedia, AS), berdasarkan 58 publikasi.
Hasilnya konsisten: terjadi penurunan bermakna antara lain pada prevalensi infeksi HPV tipe 6, 11, 16 dan 18 pada serviks dan vagina; kutil kelamin; CIN2; dan CIN3.
Tampak penurunan besar di semua negara.
“Penurunan prevalensi yang paling besar terlihat pada usia yang lebih muda. Makin muda usia divaksin, makin besar manfaatnya,” papar Prof. Kenneth.