Lika-Liku Dokter Muda, Ujian Berkali-kali, Depresi dan Bunuh Diri

Senin, 02 April 2018 | 21:00 WIB
Lika-Liku Dokter Muda, Ujian Berkali-kali, Depresi dan Bunuh Diri
dokter
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Proses transisi ini, kata Ichsan, dapat memakan waktu hingga bertahun-tahun dan menghabiskan dana hingga ratusan juta rupiah.

Dana tersebut diperlukan untuk membayar biaya bimbingan dan ujian, serta biaya SPP dengan besaran nominal mulai dari Rp1,5 juta hingga Rp10 juta setiap enam bulan.

"Mau tidak mau, uang tidak ada. Kita harus tetap bimbingan dan biaya lagi. Per satu bulan kita juga harus bisa mengeluarkan biaya tiga sampai lima juta untuk biaya bimbingan dan ujian," tambah lelaki yang kini sudah banting stir menjadi konsultan kesehatan swasta tersebut.

Gelar Di Tangan Pilihan Ganda

Baca Juga: Menikmati Indahnya Langit di Anantara Kihavah Maldives

Proses Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter dilaksanakan dalam dua jenis, yaitu ujian CBT atau Computer Base Test dan OSCE, metode menguji kompetensi klinik secara obyektif yang dilakukan setiap tiga bulan sekali.

Dalam ujian CBT, Dokter Muda harus mengerjakan 200 soal pilihan ganda dalam waktu 200 menit.

Ribuan Dokter Muda, kata Ichsan, menemukan banyak kejanggalan pada proses hasil ujian pilihan ganda berbasis komputer tersebut.

Meski diberi judul online atau daring, namun proses ujian masih dilakukan secara offline. Hasil ujian juga tak pernah dirilis tepat waktu oleh situs dikti.go.id.

"Pada kenyataannya, pengumuman bisa maju atau mundur tanpa pengumuman sebelumnya," kata Ichsan.

Baca Juga: Asian Games 2018: 2 Kota, 4 Kluster dan 94 Venue

Senada dengan Ichsan, Dokter Muda asal Universitas Nusa Cendana, Diana Fernandes, juga mempertanyakan sistem ujian daring dari Dikti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI