Ternyata, Inilah yang Membuat Bayi Lahir dengan Cacat Jantung

Vania Rossa Suara.Com
Senin, 02 April 2018 | 17:25 WIB
Ternyata, Inilah yang Membuat Bayi Lahir dengan Cacat Jantung
Seorang bayi perempuan menangis. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Cacat jantung pada bayi baru lahir merupakan kondisi bawaan dimana struktur jantung tidak terbentuk sempurna, yang biasanya ditandai dengan munculnya warna kebiruan pada kuku, kulit dan bibir. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kinerja jantung dalam menjaga aliran darah.

Bayi yang mengalami cacat jantung dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan beberapa gejala lain seperti sering sesak napas. Masalah kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat aktivitas penderita jantung bawaan, dan dapat muncul pada umur yang bervariasi bahkan menetap hingga dewasa.

Cacat jantung pada bayi dapat dibedakan sebagai berikut:
Kelainan katup jantung: menyebabkan gangguan aliran darah. Jika katup terlalu sempit, maka darah tidak dapat mengalir dengan lancar. Sedangkan jika katup tidak dapat menutup dengan sempurna, maka terjadi kebocoran aliran darah dan darah kembali mengalir ke belakang.
Kelainan dinding jantung: terjadinya kebocoran dinding pemisah jantung sebelah kiri dan kanan sehingga darah yang masuk bercampur dengan darah yang akan keluar dari jantung.
Kelainan otot jantung: menyebabkan jantung tidak memompa darah dengan seharusnya, hal ini berisiko menyebabkan gagal jantung.
Kelainan pembuluh darah: menyebabkan aliran darah abnormal dari jantung menuju organ vital lainnya atau sebaliknya. Hal ini juga dapat menyebabkan gagal jantung.

Meski tidak diketahui secara pasti mengapa bayi dapat dilahirkan dengan kondisi jantung yang tidak sempurna, beberapa kondisi ibu saat hamil dapat meningkatkan risiko bayi terlahir dengan cacat jantung, di antaranya sebagai berikut:

Baca Juga: Polisi Setop Kasus Depe Vs Petugas TransJakarta

1. Faktor genetik
Cacat jantung pada bayi lebih mungkin terjadi pada keluarga dengan riwayat kelainan jantung yang sama.

2. Hubungan darah antara ibu dan ayah
Perkawinan dengan hubungan kekerabatan yang terlalu dekat dapat meningkatkan risiko berbagai kelainan bawaan, salah satunya kelainan jantung. Dalam suatu penelitian di Pakistan, bayi yang dilahirkan dari pasangan yang memiliki hubungan darah memiliki risiko 2,59 kali untuk mengalami cacat pada jantung.

3. Riwayat sindrom metabolik pada ibu hamil
Kondisi gula darah tidak terkontrol, atau diabetes dan obesitas saat sebelum dan sesaat menjalani kehamilan, dapat mengganggu perkembangan janin sehingga dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan kelainan jantung kongenital.

4. Infeksi campak jerman (rubella)
Infeksi rubella dapat menghambat perkembangan jantung pada janin. Vaksinasi rubella sebelum hamil adalah cara yang paling tepat mencegah hal tersebut.

5. Minum obat tertentu saat hamil
Beberapa obat saat hamil dapat meningkatkan risiko perkembangan janin yang tidak sempurna, seperti obat untuk meredakan kejang, obat ibuprofen, obat jerawat dengan isotretinoin, obat topikal dengan retinoid, serta obat antidepresi yang mengandung lithium. Selain itu, beberapa jenis antibiotik dan obat antiviral yang dikonsumsi saat ibu hamil pada trimester pertama juga meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat jantung bawaan.

6. Penggunaan rokok dan narkoba
Beberapa penelitian yang dilansir dari American Heart Association menunjukkan penggunaan narkoba dengan jenis kokain dan ganja oleh ibu hamil dapat meningkatkan risiko dua kali lipat untuk memicu cacat jantung pada bayi. Hal yang sama juga ditemukan pada ibu hamil yang memiliki kebiasaan merokok.

Baca Juga: Mabes Polri Telisik Peran Kementerian Agama di Kasus Abu Tours

7. Paparan bahan kimia
Hal ini dapat terjadi dengan sangat mudah melalui saluran pernapasan dan kulit. Terdapat beberapa jenis bahan kimia yang dapat mengganggu perkembangan janin dalam kandungan, di antaranya:
• Pelarut organik, seperti cat, pewarna, dan cairan thinner
• Zat kimia agrikultur, seperti pestisida, herbisida, dan rodentisida
• Polutan udara, paparan asap sepeti zat monoksida yang terjadi terus menerus selama 3-8 minggu masa kehamilan
• Polutan air, seperti trichloroethylene (TCE), jenis pelarut yang sering digunakan dalam industri tekstil

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI