Suara.com - Sebuah laporan akademis terbaru mengungkap bahwa penumpang pesawat udara yang sakit sangat mungkin menginfeksi atau menularkan penyakitnya kepada penumpang lain di baris berikutnya.
Laporan ini diterbitkan dalam Proceedings of National Academy of Sciences oleh Tim Peneliti FlyHealthy di Emory University, Georgia, Amerika Serikat.
Penelitian ini mendokumentasikan 10 penerbangan lintas benua AS dan memantau perilaku awak dan penumpang di kabin ekonomi pada perjalanan udaranya.
Tim peneliti menyimpulkan bahwa penumpang yang sakit lebih mungkin menularkan infeksinya ke penumpang yang duduk satu baris di depan maupun di belakangnya, dan kemungkinan sangat kecil untuk menularkan ke penumpang lain yang tidak duduk berdekatan dengannya.
Baca Juga: Permudah Bayar Pajak Kendaraan, Polda Luncurkan Samsat Digital
Penerbangan yang diamati dalam penelitian ini berangkat pada pagi atau sore hari, dan Tim Peneliti FlyHealthy melaporkan bahwa hanya ada satu penumpang dalam satu penerbangan yang sedang batuk sedang, sementara tidak ada penumpang lain atau awak yang batuk.
Kemudian peneliti mengamati meja nampan dan sabuk pengaman yang digunakan penumpang untuk mencari tanda-tanda virus. Namun tidak ada virus yang ditemukan di tempat-tempat tersebut. Penelitian ini justru menunjukkan bahwa kebanyakan penyakit menyebar melalui bersin dan batuk, dibandingkan dengan percikan liur yang jatuh di lantai.
Temuan tim juga menunjukkan bahwa percikan air liur yang selama ini diperkirakan menjadi faktor utama penularan influenza dan SARS mungkin tidak benar, melihat perpindahan virus ini mungkin juga terjadi melalui partikel yang lebih kecil.
Para peneliti menambahkan bahwa mungkin ada perbedaan antara penerbangan jarak pendek dan jarak jauh, dengan mempertimbangkan pergerakan penumpang yang lebih besar di sekitar kabin.
Baca Juga: Kasihan, Istri Pasha Ungu Dituduh Tak Peduli dengan Anak Tiri