Ini Kata Perhimpunan Dokter Paru soal Hari TBC

Sabtu, 24 Maret 2018 | 10:45 WIB
Ini Kata Perhimpunan Dokter Paru soal Hari TBC
Ilustrasi TBC. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setiap 24 Maret diperingati sebagai Hari TBC Sedunia. Adanya peringatan ini bertujuan meningkatkan kepedulian masarakat akan risiko penularan kuman Mycobacterium Tuberculosis.

Namun, disampaikan dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Hari TBC sebaiknya diperingati setiap hari. Alasannya, risiko penularan TBC bisa terjadi kapanpun dan dimanapun tanpa memandang usia maupun kelas ekonomi.

"Buat PDPI setiap hari adalah hari TBC karena setiap hari kami dokter paru menangani kasus TBC. Kita sudah meminta seluruh cabang PDPI di Indonesia untuk ikut berperan aktif dalam program penanggulangan tuberkulosis," ujar dia dalam temu media peringatan Hari TBC Sedunia belum lama ini.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pokja DOTS dan TB MDR RSUP Persahabatan Erlina Burhan mengatakan, tuberkulosis masih dianggap sebagai stigma bagi masyarakat sehingga malu untuk menjalani pengobatan. Padahal, satu orang pasien TBC yang tidak mau menjalani pengobatan, berisiko menularkan kepada 15 orang di sekelilingnya.

Baca Juga: Awas, Diet Ketat Bisa Tingkatkan Risiko Penularan TBC

Di satu sisi, kepedulian masyarakat akan risiko penularan TBC di tempat-tempat umum masih sangat rendah. Itu sebabnya, tak jarang pasien TBC yang ditemuinya tak merasa punya anggota keluarga dengan riwayat TBC sebelumnya namun bisa tertular.

"Penularan TBC banyak di keramaian. Misalnya ada pasien TBC batuk dia nggak pakai masker lalu dihirup penumpang bis atau kereta lainnya sehingga menularkan ke orang lain. Kuman yang dikeluarkan saat batuk saja itu ribuan, bicara 200 kuman kita keluarkan, kalau bersin bisa jutaan. Jadi TBC bisa menular dimana saja," tambah dia.

Kabar baiknya, TBC bisa disembuhkan dan pengobatan ditanggung pemerintah alias gratis. Oleh karena itu, Erlina mengatakan bahwa seharusnya tidak ada lagi alasan bagi pasien untuk 'bandel' mengonsumsi obat.

"Bebas TBC kuncinya pencegahan. Pengobatan sendiri pada pasien positif TBC adalah upaya pencegahan agar tidak menularkan ke orang lain," tandasnya.

Baca Juga: Kisah Binsar yang Idap TBC MDR Karena Bandel Minum Obat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI