Suara.com - Tanggal 30 Maret selalu diperingati sebagai Hari Bipolar Sedunia. Tanggal tersebut diambil dari hari kelahiran pelukis asal Belanda, Vincent Willem van Gogh yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh penderita gangguan bipolar.
Menurut salah satu anggota Pokdi Bipolar DKI Jakarta, dr. Hervita Diatri, SpKJ(K), gangguan bipolar merupakan gangguan suasana perasaan sedih atau senang yang berlebihan, terjadi dalam waktu yang cukup lama, mengakibatkan gangguan fungsi dan penderitaan, baik untuk orang yang mengalami maupun orang yang ada di sekitarnya.
"Penyebab gangguan bipolar masih sulit ditetapkan karena bersifat multifaktoral, melibatkan faktor biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual," kata Hervita Diatri pada acara Seminar Kesehatan: World Bipolar Day 2018 di Jakarta baru-baru ini.
Faktor biologis, katanya, memegang peran besar dan dikaitkan dengan faktor genetik dan neuotrasmiter di otak.
Baca Juga: Nyanyian Setnov, Sederet Anggota DPR Disebut Terima Duit e-KTP
Secara psikososial, gangguan bipolar juga dikaitkan dengan pola asuh pada masa kanak-kanak dan berbagai faktor stres dari lingkungan.
Empat Episode Gangguan Suasana Perasaan Penderita Bipolar
Gangguan suasana perasaan yang diderita pasien gangguan bipolar dapat dibagi ke dalam empat episode. Empat episode tersebut adalah Depresi, Mania, Hipomanik dan Campuran.
Episode depresi ditandai dengan suasana perasaan sedih atau murung dan disertai hilangnya minat, serta menetap selama kurang-lebih dua minggu.
Mania sendiri merupakan episode di mana penderita gangguan bipolar menunjukkan rasa gembira secara berlebihan dan menetap selama satu minggu.
Baca Juga: Kondisi Evan Dimas Semakin Membaik
Episode selanjutnya adalah episode hipomanik di mana suasana perasaan akan meningkat dan biasanya menetap selama empat hari.