Meski begitu, hasil penelitian di atas tetaplah tidak dapat menegaskan apakah diet 5:2 benar-benar dapat bermanfaat untuk penderita penyakit jantung atau tidal. Satu-satunya hasil penelitian yang menunjang adalah kadar lemak trigliserida yang berkurang setelah makan pada orang yang melakukan diet 5:2.
Hasil lainnya, dianggap hanya memiliki perbedaan yang sangat kecil sehingga tidak dapat dianggap signifikan, demikian seperti dilansir dari The Independent.
Diet 5:2 sendiri mulai dikenal sejak awal tahun 2010, yang meski terbukti mampu menurunkan berat badan dengan cepat, namun diyakini bukan merupakan cara yang baik bagi orang untuk belajar tentang nilai gizi makanan.
Menurut ahli gizi Harley Street, Rhiannon Lambert, kepada The Independent, diet 5:2 dapat memicu orang untuk makan tidak teratur.
Baca Juga: Temuan Sampah Kulit Kabel, Polisi Tunggu Laporan Pemprov DKI
“Diet ini hanya mendorong penurunan berat badan, bukan kesehatan,” Lambert menjelaskan.
“Penelitian menunjukkan bahwa membatasi makanan justru akan menyebabkan perilaku makan berlebihan. Jika Anda hanya membatasi kalori selama dua hari, Anda berisiko menyantap makanan apapun pada hari-hari yang diizinkan, dan memicu pola makan yang tidak sehat," katanya.
Yang terbaik adalah fokus pada apa yang dibutuhkan tubuh Anda dalam hal nutrisi.
"Buatlah pilihan makanan yang lebih sehat, dengan begitu Anda tidak perlu menghitung berapa kalorinya," kata Lambert, penulis buku Re-Nourish: A Simple Way to Eat Well.