Suara.com - Memperingati Hari Bipolar Sedunia yang jatuh pada 30 Maret mendatang, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa cabang Jakarta (PDSKJI) Jaya meluncurkan sosok Boneka Hagi, yang digambarkan sebagai boneka hangat dan ramah untuk membantu meredakan depresi.
Nama Hagi dipilih dari asal kata 'Hug' atau peluk yang kemudian menjadi Hagi. Pelukan, kata salah satu anggota PDSKJI, dr Tiur Sihombing, merupakan salah satu hal sederhana yang paling dibutuhkan oleh penderita gangguan Bipolar.
"Hagi terinsipirasi saat saya melakukan fellowship di Korea Selatan. Mereka melakukan kampanye kesehatan jiwa masyarakat ke sekolah-sekolah dengan boneka," katanya dalam acara Launching Boneka Hagi untuk Orang dengan Gangguan Bipolar di Jakarta, Selasa, (24/3/2018).
Gangguan Bipolar sendiri merupakan suatu gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala seperti manik, hipomanik, depresi dan episode campuran. Hal ini biasanya bersifat berulang dan berlangsung menahun.
Baca Juga: Kegiatan Bersama Dibuka Tersangka Korupsi, Begini Penjelasan KPK
Boneka Hagi hadir dalam ukuran manusia berwana hijau dan memiliki tampilan bias gender dan usia. Ini kata Tiur, dilakukan agar orang yang membutuhkan pelukan dapat mengekspresikan alam perasaan mereka yang sedih, galau, atau hanya sekadar ingin berbagi kisah tanpa rasa risih dan malu.
Nantinya, Hagi diharapkan mampu menjadi sosok 'psikiater' yang hadir di tengah masyarakat untuk melayani dan merangkul siapaun yang membutuhkan bantuan
"Ini bagian dari usaha promosi kesehatan jiwa masyarakat dan dalam menghadapi tantangan kesehatan jiwa masyarakat perkotaan," tambah Tiur mengenai Boneka Hagi yang diharapkan menjadi salah satu cara untuk membantu meredakan depresi atau stres .