Suara.com - Mengurangi konsumsi gula di dalam minuman Anda tidak akan memengaruhi kesehatan Anda. Yang paling berpengaruh adalah mengurangi makanan olahan, makan lebih banyak sayuran, dan memasak makanan sendiri.
Lemak, garam, dan gula dikenal sebagai biang keladi berbagai masalah kesehatan. Tak heran jika banyak orang beresolusi untuk memangkas konsumsinya dari diet harian mereka.
Banyak ahli diet mengatakan bahwa konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.
Meski begitu, seperti dilansir dari The Independent, Anda sebenarnya tidak perlu berhenti mengonsumsi gula untuk hidup lebih sehat. Lho, kok? Iya, karena menghindari gula sama sekali hanya akan membuat Anda takut makan dan menciptakan hubungan yang tidak sehat dengan makanan.
Baca Juga: TNI AL Selidiki Ambruknya Plafon RSAL Dr Ramelan Surabaya
Diet bebas gula bersifat membatasi, dengan daftar makanan yang 'diperbolehkan' dan makanan yang 'tidak diperbolehkan'. Hal ini akan mengakibatkan Anda selalu was-was, khawatir tidak sengaja makan sesuatu yang tidak diperbolehkan.
Selain khawatir dengan makanan, mereka juga akan lebih khawatir tentang berat badan mereka, dan tentang dampak nutrisi tertentu terhadap kesehatan mereka.
Penelitian menunjukkan diet seperti ini tidak efektif dalam jangka panjang, dan justru dapat menyebabkan kenaikan berat badan lebih besar dari waktu ke waktu. Otak menafsirkan diet dan pembatasan makanan ini sebagai kelaparan, yang menyebabkan tubuh cenderung menyimpanan lemak sebagai cadangan energi.
Diet seperti ini juga sangat menegangkan, dan membuat tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol, yang bisa menyebabkan tubuh menyimpan lemak, terutama di daerah perut.
Khawatir tentang makanan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi, dan memicu munculnya kondisi yang dikenal sebagai orthorexia. Orthorexia adalah keasyikan yang luar biasa dengan makan dengan sehat. Orang dengan orthorexia menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan dan mengkhawatirkan makanan, dengan menghilangkan makanan yang dianggap tidak murni atau tidak sehat. Beberapa ahli menyebutkan bahwa perilaku ini merupakan suatu bentuk gangguan makan.
Baca Juga: Saksi: Nenek Korban Rusunawa Pasar Rumput Tertimpa Besi 3 Meter
Diperkirakan antara 7 sampai 58 persen masyarakat memiliki kondisi orthorexia, meski tidak ada kriteria diagnostik yang jelas, yang membuat para ahli kesulitan untuk mengukur prevalensinya.