Dan dalam beberapa kasus ekstrim, perpisahan bisa menyebabkan gejala seperti serangan jantung. Sindrom patah hati atau kardiomiopati Takotsubo. Seperti yang pertama kali dijelaskan dalam literatur medis Jepang di tahun 1990an adalah kondisi jantung sementara yang terlihat dan terasa seperti serangan jantung dan seringkali disebabkan oleh situasi yang penuh tekanan, seperti kematian orang yang dicintai atau perpisahan.
Sementara itu, Harmony Reynolds, seorang ahli jantung di New York University Langone Medical Center, mengatakan bahwa sindrom patah hati didiagnosis pada sekitar 1 sampai 2 persen pasien yang datang ke rumah sakit dengan gejala serangan jantung.
Dia menjelaskan bahwa gejalanya meliputi, perubahan elektrokardiogram dan tes darah orang dengan sindrom patah hati, mirip dengan pasien serangan jantung biasa, meski arteri jantung tetap terbuka (pada serangan jantung yang khas, arteri tersumbat).
Penderita sindrom patah hati juga memiliki kelainan fungsi jantung yang luas selama kejadian tersebut. Di antaranya adalah kerusakan otot jantung sepenuhnya pada orang yang selamat, selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.
Baca Juga: Warganet Patah Hati, Aura Kasih Berenang Bareng Irfan Bachdim?
"Sayangnya, pasien yang telah mengalami sindrom patah hati akan terus mengalami peningkatan risiko penyakit jantung dan kejadian stroke," ujar Reynolds. [Huffingtonpost]