Suara.com - Nani Inans (21) tak pernah menyangka rasa pegal yang dialaminya tujuh tahun lalu setelah latihan pramuka membuatnya harus kehilangan kaki kanannya. Ya, pada 2012 lalu Nani harus menerima vonis kanker tulang atau osteosarcoma.
"Gejala awalnya cuma pegal-pegal kayak keseleo terus nggak bisa jalan kaki. Salahnya, saya memilih pengobatan urut. Sampai akhirnya setelah urut, malah timbul bengkak," ujar Nani pada temu media peringatan Hari Kanker Anak di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta , Kamis (15/2/2018).
Kondisi bengkak di bawah lututnya kian lama membesar. Ia pun memutuskan untuk mengonsultasikannya ke dokter. Hasil pemeriksaan rontgen menyatakan bahwa Nani menderita kanker osteosarcoma atau kanker tulang pada anak stadium dua.
Padahal, seingat Nani, tidak ada anggota keluarganya yang pernah mengidap kanker. Nani pun menyesal tidak langsung memeriksakan keluhan pegal yang dialaminya dulu ke dokter.
Baca Juga: Bertemu Moeldoko, Australia akan Perkuat Kerjasama Militer
"Harusnya, kalau saya memilih ke dokter waktu itu, maka penyebaran kanker bisa dicegah dan saya tidak harus diamputasi," ucapnya menyesal.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. dr. H. Abdul Kadir, PhD, Sp.THT-KL (K) MARS selaku Direktur Utama RS Kanker Dharmais mengatakan bahwa kasus yang dialami Nani adalah fenomena yang ada di masyarakat Indonesia. Terkadang banyak masyarakat yang memiliki keluhan tertentu tapi lebih memilih memeriksakannya ke praktik pengobatan tradisional, bukan ke dokter.
"Sering terjadi di masyarakat kita, ada kelainan tulang tapi dipikirnya hanya pegal biasa. Lalu berobat ke dukun sehingga pengobatan jadi terlambat. Tolong masyarakat lebih cerdas kalau ada kelainan mengarah kanker, jangan ke dukun," sambung Prof Kadir.
Ia pun mengimbau agar masyarakat mempercayakan diagnosis pemeriksaan pada dokter. Alasannya, dokter memiliki standar diagnostik tersendiri untuk menegakkan keluhan tersebut mengarah pada kanker atau tidak.
Kini, Nani harus berjuang menjalani hidup dengan satu buah kakinya. Meski demikian hal ini tak menyurutkan niatnya menempuh pendidikan tinggi. Kini Nani tengah menempuh pendidikan sarjana di perguruan tinggi swasta di Jakarta sembari bekerja sebagai staf admin di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia.
Baca Juga: Ini Permintaan Anies kepada Seluruh Suporter Saat Final di GBK
"Motivasi saya untuk sembuh adalah ibu, karena ibu nggak bisa baca, tulis, tapi punya tekad nyembuhin saya. Sekarang saya aktif kuliah dan kerja," ujarnya menutup pembicaraan.