Suara.com - Menurut penelitian dari University of Warwick, anak prematur kesulitan mendapat teman dan bersosialisasi di masa kanak-kanak.
"Memiliki teman, lalu bermain dengan mereka dan merasa diterima, merupakan hal penting untuk mendukung kehidupan sosial dan kesejahteraan pribadi," kata Profesor Dieter Wolke, dari University of Warwick di Inggris.
Karena kata Wolke, memiliki sedikit teman akan membuat seseorang merasa kurang diterima dan kesepian serta meningkatkan risiko diintimidasi nantinya.
Untuk penelitian yang dipublikasikan dalam The Journal of Pediatrics, peneliti dari Inggris menganalisis lebih dari 1.000 anak-anak.
Dari jumlah tersebut, 179 orang lahir sangat prematur (usia gestasi di bawah 32 minggu), 737 lahir saat usia kandungan sedang-ke-akhir prematur (lahir antara 32 hingga
36 minggu) dan 231 bayi lahir tidak prematur (lahir antara usia 37 hingga 41 minggu).
Para peneliti kemudian bertanya kepada orangtua dan anak-anak tentang berapa banyak teman yang dimiliki anak-anaknya dan seberapa sering mereka bermain.
Anak-anak dan orangtua juga diminta melengkapi kuis gambar untuk menentukan bagaimana perasaan mereka terhadap teman mereka.
Hasilnya, anak-anak yang lahir sangat prematur melaporkan memiliki rata-rata empat teman. Sementara anak-anak yang lahir tidak prematur rata-rata memiliki lima teman saat menginjak usia enam tahun.
Namun, kondisi tersebut mulai berubah setelah mereka duduk di sekolah dasar, di mana anak lahir prematur bisa bertemu lebih banyak teman dan lebih diterima oleh teman sebaya.
"Meskipun sebagian besar anak-anak prematur dapat mengejar rekan-rekan mereka selama sekolah dasar, intervensi masa depan untuk memperbaiki persahabatan dan keterampilan interaksi sosial harus dimulai sebelum masuk sekolah untuk mencegah masalah psikopatologi dan perilaku lain dikemudian hari," kata Wolke menambahkan.