Peduli Lingkungan Bisa Bikin Orang Jadi Stres Lho

Selasa, 23 Januari 2018 | 09:06 WIB
Peduli Lingkungan Bisa Bikin Orang Jadi Stres Lho
Seorang anak membuang sampah di tempat sampah karena peduli dengan lingkungan. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut sebuah studi tentang efek kesehatan mental dan perubahan iklim, perasaan depresi telah banyak diderita orang Amerika yang peduli dengan nasib lingkungan.

Hal ini tertuang dalam jurnal Global Environmental Change. Dikatakan, mereka yang depresi karena pemanasan global didominasi oleh perempuan dan orang dengan penghasilan rendah.

Gejala depresi tersebut meliputi malam yang gelisah, perasaan kesepian dan merasa lesu.

"Perubahan iklim adalah sumber stres global yang terus-menerus," kata Sabrina Helm, penulis utama penelitian ini.

Baca Juga: Bank Dunia Kucurkan 4,5 Miliar Dolar AS Lawan Perubahan Iklim

Sabrina yang juga seorang profesor ilmu keluarga dan konsumen di University of Arizona mengatakan bahwa risiko kesehatan mental akibat perubahan iklim adalah "ketakutan yang merambat".

Uniknya, tanda depresi tidak muncul pada orang-orang yang peduli dengan risiko perubahan iklim terhadap manusia. Tanda depresi malah muncul pada orang-orang yang khawatir akan dampak perubahan iklim terhadap spesies hewan, tumbuhan dan alam lainnya secara keseluruhan.

Periset juga melihat bagaimana cuaca ekstrem seperti angin ribut dan banjir yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim, dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti gangguan stres pasca trauma atau PTSD.

Karena perubahan iklim pula, para ilmuwan memperkirakan permukaan laut akan semakin tinggi dan suhu udara semakin meningkat.

Hal tersebut dapat menimbulkan ancaman seperti panas yang mematikan, cuaca ekstrem dan daratan yang habis karena ditelan oleh air laut yang meningkat.

Baca Juga: Sri Mulyani Bahas Peran Perempuan dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Pemimpin dunia telah dimobilisasi untuk mengekang emisi gas rumah kaca buatan manusia untuk memerangi pemanasan global dalam sebuah kesepakatan di 2015 lalu.

Namun kini di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat mengatakan akan menarik diri dari kesepakatan penting tersebut. (AsiaOne)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI