Suara.com - Bagi sebagian orang, nama doula mungkin belum populer, tetapi profesi ini memiliki peran yang sangat penting bagi banyak ibu hamil.
Setiap ibu tentu menginginkan yang terbaik bagi kehamilannya. Karenanya, mereka berhak menentukan proses persalinan apa yang akan dilaluinya, dengan siapa mereka akan melewatinya, dan tempat mana yang membuatnya merasa begitu tenang dan nyaman.
Termasuk bagi ibu hamil yang menginginkan persalinannya didampingi oleh tenaga profesional secara intens seperti doula. Ya, doula adalah pendamping profesional ibu hamil hingga persalinan. Peran atau fungsi doula tentu saja berbeda dengan dokter atau bidan.
Doula, kata Dyah Pratitasari yang juga berprofesi sebagai doula, memiliki peran untuk memberikan edukasi secara intens kepada ibu hamil agar mental dan spiritualnya siap.
Kehadiran doula dinilai sangat penting karena pertemuan dengan dokter atau bidan yang menangani ibu hamil dinilai kurang intens. Kondisi inilah yang membuat banyak ibu hamil belum cukup memiliki bekal pengetahuan seputar kehamilan hingga proses persalinanya.
Baca Juga: Cerita Seru Ayu Dewi saat Liburan Panjang di Jepang
Perempuan yang akrab disapa Prita ini berpendapat, kebanyakan ibu hamil biasanya hanya mengantongi informasi mengenai berapa berat janinnya, bagaimana posisinya, apa jenis kelaminnya, vitamin apa yang perlu diminum, lalu sesi kontrol pun biasanya selesai.
"Itu kan informasi-informasi yang mendasar. Sementara tentang apa saja yang perlu dipersiapkan selama persalinan, misalnya saat bukaan satu, ibunya tuh harus ngapain aja, itu belum banyak diketahui. Akhirnya mereka cuma bisa panik dan panik," jelas Prita yang dikenal juga sebagai Guru Prenatal dan Postpartum Yoga, Doula Melahirkan dan Konselor Menyusui.
Nah, agar proses kehamilan dan persalinan berjalan dengan lancar, nyaman dan tenang, doula hadir untuk membantu ibu hamil pada sesi antenatalnya (sebelum kelahiran). Diharapkan, mereka bisa siap secara mental, spiritual dan membuat wawasan mereka lebih lengkap, tentang apa saja yang belum didapat dari tenaga medisnya.
Profesi ini, lanjut Prita, sangat berbeda dengan bidan, karena doula tidak diperkenankan melakukan hal-hal medis seperti mengukur tekanan darah, pemeriksaan dalam vagina, apalagi menangkap bayi.
Nantinya, kata dia, ibu hamil yang ingin didampingi doula, akan membuat rencana persalinan yang diimpikan. Sementara peran doula, ujar Prita, untuk memberikan pengetahuan yang berimbang, menanggapi pertanyaan, tapi bukan mengarahkan ibu hamil untuk mengambil satu cara atau metode tertentu.
Baca Juga: Memprihatinkan, Kasus TBC di Indonesia Terbesar di Dunia
"Sebaiknya ibu hamil bisa mulai menghubungi doula dari jauh-jauh hari sebelum melahirkan, kurang lebih masuk trimester tiga atau 32 minggu. Nah, dari situ kita biasanya akan ketemu dulu. Dilihat apakah ibu hamilnya merasa nyaman dengan saya, agar terjalin persahabatan dan koneksi batin yang kuat hingga saat persalinan itu terjadi," jelas perempuan yang sudah menjadi doula sejak 2014 ini.
Secara tidak langsung, ungkap Prita, kehadiran doula bisa membantu dokter dan bidan untuk mencapai sebuah proses persalinan yang sinergis dan harmonis dengan pasiennya. Tak hanya itu, ibu hamil pun akan jauh lebih kooperatif.
"Banyak dokter dan bidan yang mengeluhkan banyak pasien mereka yang rewel, manja, tidak kooperatif, bisanya cuma teriak-teriak dan bahkan menendang-nendang. Kasarnya, pekerjaan mereka jadi enteng ketika pasien meng-hire doula, karena mereka sudah diedukasi tidak akan seperti demikian," ujarnya merinci.
Saat kontraksi hebat datang misalnya, doula dibekali kemampuan melakukan berbagai teknik yang membuat ibu hamil merasa nyaman, mengurangi sakit, dan mengoptimalkan turunnya bayi ke jalan lahir. Teknik ini antara lain menggunakan teknik rebozo, moxabustion, akupresur, dan lainnya.
Karena itulah, lanjut Prita, doula juga harus menjalin persahabatan yang baik dengan para dokter maupun bidan, jangan sampai teknik-teknik yang digunakan oleh doula disalahartikan sebagai sesuatu yang klenik atau membahayakan.