Kena Kanker Payudara saat Usia Muda, Dian Ingatkan SADARI

Selasa, 09 Januari 2018 | 12:49 WIB
Kena Kanker Payudara saat Usia Muda, Dian Ingatkan SADARI
Radian Nyi Sukma Sari. [Dok. Prbadi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kanker payudara menyerang tak pandang bulu. Perempuan berusia muda juga bisa mengidap jenis kanker yang kerap ditemukan pada stadium lanjut ini. Radian Nyi Sukma Sari atau yang akrab disapa Dian adalah salah satu contoh perempuan yang didiagnosis mengidap kanker payudara stadium 3b pada usia relatif muda yakni 26 tahun.

Perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis di salah satu media online nasional ini, awalnya tak menyangka benjolan kecil yang ditemukannya sejak Mei 2017 lalu itu terus berubah menjadi tumor ganas. Dian mengaku menyesal tak menjadikan 'sadari' atau periksa payudara sendiri menjadi kebiasaan, jauh sebelum Ia menemukan benjolan sebesar bakso kecil itu.

"Awal saya menemukan itu saat sedang mandi. Di payudara sebelah kanan atas kok kayak ada benjolan kecil seperti bakso. Saya mikirnya mungkin itu tulang, tapi kok nyeri kalau ditekan. Terus nyeri hilang tapi benjolannya masih ada," ujar Dian kepada Suara.com, Senin (8/1/2018).

Setelah menceritakan keluhan ini pada rekan kerjanya, Dian pun memberanikan diri untuk melakukan pemeriksaan USG (ultrasonografi) payudara. Hasil USG menunjukkan bahwa benjolan di payudara kanannya mengarah pada tumor ganas.

Baca Juga: Mau Cegah Kanker Payudara? Turunkan Berat Badan!

Meski syok, Dian memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di rumah sakit lain. Namun di tengah pemeriksaan itu, dokter mengatakan bahwa kadar gula darah Dian cukup tinggi yang mengarah pada kondisi diabetes melitus tipe 2.

Radian Nyi Sukma Sari. [Dok. Prbadi]

Foto: Radian Nyi Sukma Sari/Dok. Prbadi

"Kebetulan saat itu gula darah saya cukup tinggi, di level 9 untuk pemeriksaan HbA1C. Jujur saya lebih syok ketika divonis kena diabetes melitus. Dokter onkologi pun tidak mau melakukan pengangkatan tumor karena gula darah masih tinggi," tambah Dian.

Perempuan berkacamata ini pun lantas memeriksakan kondisinya di RSCM pada Juni silam untuk mencari 'second opinion'. Dokter memberikan resep antibiotik untuk menganalisa apakah pertumbuhan tumor dipengaruhi oleh peningkatan kadar gula darah. Ternyata setelah masa pengobatan dua minggu, tumor di payudara Dian terus membesar.

Baca Juga: Kontrasepsi Hormonal Tingkatkan Risiko Kanker Payudara

"Dokter menyarankan saya core biopsi untuk memastikan apakah tumor tersebut mengarah ke kanker atau bukan," lanjut Dian.

Hasil pemeriksaan core biopsi menunjukkan bahwa tumor yang bersemayam di payudara Dian tergolong bukan kanker dan dianjurkan untuk kembali melakukan pemeriksaan pada Desember 2017. Dian pun merasa lega. Namun, selama kurun enam bulan Dian merasa bahwa benjolannya terus membesar dan membuatnya tak nyaman beraktivitas.

"Saya coba atasi rasa nyeri dengan pakai bra menyusui, tapi cuma enakan beberapa hari terus nyeri lagi," lanjut dia.

Hingga akhirnya pada 5 Desember lalu Dian kembali menjalani pemeriksaan USG payudara. Dokter menyarankan Dian melakukan pemeriksaan lanjutan yakni open biopsi untuk mendapatkan hasil diaganosa yang lebih akurat.

"Hasil open biopsi mengatakan bahwa saya kena kanker payudara stadium 3. Selama menunggu hasil pemeriksaan itu saya memang merasa gampang lelah. Napas ngos-ngosan dan punggung terasa panas sampai ke pinggang," tambah Dian.

Selain didiagnosis mengidap kanker stadium lanjut, ternyata tumor ganas yang ada di payudara Dian juga telah menyebar ke paru dan kelenjar getah bening. Dian pun harus mendapatkan tindakan kemoterapi selama enam kali untuk membunuh sel-sel kankernya.

Radian Nyi Sukma Sari. [Suara.com/Firsta Nodia]

Foto: Radian Nyi Sukma Sari. [Suara.com/Firsta Nodia]

Oleh dokter, Dian diberi tahu bahwa penyebab kanker payudara yang dideritanya bukan disebabkan oleh faktor hormonal namun faktor lainnya seperti genetik dan gaya hidup. Kini, Dian hanya bisa berpasrah atas takdir yang dialamatkan kepadanya sembari fokus menjalani pengobatan yang dianjurkan dokter.

Agar kisah ini tak terjadi pada perempuan lainnya, Dian pun berpesan pentingnya melakukan sadari sebagai langkah deteksi dini untuk menemukan perubahan pada kedua payudara, sebelum terlambat.

"Pesan saya jangan sombong. Dulu saya pernah sombong, males 'sadari' karena ngerasa nggak mungkin kan masih muda. Tapi sekarang saya pesan, 'sadari' deh. Kalau ada yang nggak beres dengan payudara langsung periksa ke dokter. Jangan keulang lagi kayak saya," tambah Dian.

Dalam kesempatan lain, Dr. dr. Sonar Soni Panigoro SpBOnk(K) dari RS Kanker Dharmais mengatakan, kasus kanker payudara pada usia muda umumnya dipengaruhi faktor genetik. Ia mengatakan, ada dua gen yang memicu pertumbuhan tumor payudara yakni BRCA1 dan BRCA2. Orang-orang yang memiliki kedua gen ini diyakini berisiko 80 persen akan terkena kanker payudara.

"Contohnya Angelina Jolie setelah di cek anggota keluarganya sangat banyak yang menderita kanker payudara termasuk dia sendiri. Tapi memang tidak selalu juga, 20 persen bisa tidak kena kalau menjaga gaya hidup," ujar dr Sonar.

Ia menegaskan, penyakit kanker memiliki perjalanan panjang tidak seperti penyakit akibat virus yang langsung menjangkit. Itu sebabnya, kata dia, bagi masyarakat yang memiliki 'bibit' kanker sebaiknya menjaga pola hidup agar tidak terkena.

"Kanker tidak serta merta kayak penyakit DBD. Butuh paparan berulang, jadi kalau muda sudah kena itu karena ada gen-nya sedikit aja tidak jaga pola hidup langsung jadi. Istilahnya sudah ada bibitnya," tandas dr Sonar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI