Di Afrika, Pasien Berisiko Tinggi Meninggal Setelah Operasi

Sabtu, 06 Januari 2018 | 12:04 WIB
Di Afrika, Pasien Berisiko Tinggi Meninggal Setelah Operasi
Ilustrasi operasi di perut [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di Afrika, seorang pasien dua kali lebih mungkin meninggal dunia akibat menjalani operasi dibanding masyarakat lain di dunia.

Ini tercermin dari fakta bahwa hanya sedikit orang Afrika yang memiliki akses terhadap operasi elektif atau operasi yang sudah terjadwal sebelumnya.

Menurut studi yang tertuang dalam jurnal medis Lancet, jumlah operasi ini 20 kali lebih rendah dari permintaan. Peneliti bahkan menyebut hal tersebut sebagai fenomena "silent killer".

Prof Bruce Biccard, seorang penulis studi dari University of Cape Town, mengatakan kepada The Guardian itu terjadi karena banyak RS di Afrika kekurangan staf dan fasilitas medis untuk mengetahui komplikasi paska operasi.

"[Alasannya] orang-orang melakukan (operasi) dengan sangat buruk di Afrika dari sudut pandang operasi karena tidak ada sumber daya manusia," katanya.

Infeksi pasca operasi merupakan penyebab paling umum terjadinya komplikasi hingga berujung kematian pada pasien.

Tercatat pada data global, ada satu persen pasien meninggal paska operasi di seluruh dunia. Namun data tersebut meningkat menjadi 2.1 persen untuk pasien operasi di Afrika saja.

Padahal menurut peneliti, pasien di Afrika menjalani tingkat operasi yang "lebih kecil" dan memiliki "komplikasi yang lebih sedikit".

Salah satu operasi yang paling umum dilakukan adalah persalinan sesar yang menyumbang 33 persen lebih.

Penelitian ini merupakan studi terbesar yang pernah dilakukan di Afrika mengenai kematian paska operasi dengan menganalisis data dari 11.422 pasien dewasa di 25 negara termasuk Ethiopia, Nigeria, Mesir dan Afrika Selatan.

Penelitian dilakukan atas dasar hasil studi sebelumnya mengenai Operasi Global.

Tahun lalu, komisi jurnal Lancet mengklaim ada 5 miliar orang di seluruh dunia yang tidak memiliki akses terhadap operasi aman.

Di sub-Sahara Afrika misalnya, kurang dari 1 dari 10 orang bisa mendapatkan perawatan bedah atau operasi.

Bahkan ketika bisa mendapatkan layanan tersebut, pasien bedah di sana memiliki tingkat komplikasi jauh lebih tinggi daripada melakukan operasi di bagian dunia lainnya.

Muaranya adalah sistem kesehatan yang lemah, sedikit staf medis, dan pasien tidak memiliki akses terhadap perawatan penuh yang mereka butuhkan.

Setelah menjalani operasi, pasien perlu mendapatkan perawatan khusus paska operasi dan dipantau dengan benar.

Sementara pasien di Afrika banyak yang tinggal puluhan hingga ratusan kilometer dari pusat kesehatan terdekat dan tidak mendapatkan tindakan medis lebih lanjutan paska operasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI