Studi: Orang dengan Kelebihan Berat Badan Lebih Bahagia

Senin, 25 Desember 2017 | 11:11 WIB
Studi: Orang dengan Kelebihan Berat Badan Lebih Bahagia
Ilustrasi pasangan obesitas. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Obesitas atau memiliki berat badan berlebih sering dikatakan berisiko mengalami berbagai penyakit hingga usia yang lebih pendek. Tapi, sebuah penelitian baru menemukan, bahwa mereka yang kelebihan berat badan ternyata cenderung lebih bahagia.

Penelitian tersebut mengungkap orang-orang yang tergolong gemuk dapat menjalani kehidupan yang lebih bahagia.

Penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Epidemiology ini, dilakukan oleh sekelompok ilmuwan di University of Bristol yang dipimpin oleh Louise Millard dan George Davey Smith.

Kelompok peneliti tersebut bermaksud, menganalisis bagaimana mereka dapat menggunakan PHESANT (PHEnome Scan ANalysis Tool) untuk melakukan pemindaian fenom otomatis di Biobank Inggris.

Baca Juga: Tujuh Resolusi Kesehatan yang Harus Anda Lakukan di 2018

Biobank Inggris adalah database yang berisi data genetik dari 500 ribu lelaki dan perempuan di Inggris dari usia 37 sampai 73 tahun.

Selama penyelidikan, mereka sampai pada banyak kesimpulan tentang hubungan antara BMI seseorang dan kesehatan mereka yang sudah diketahui secara luas.

Ini termasuk fakta bahwa orang dengan BMI lebih tinggi cenderung memiliki tekanan darah tinggi, menderita diabetes dan mengalami masa puber di usia yang lebih muda.

Namun, mereka juga menemukan bahwa orang-orang yang kelebihan berat badan umumnya memiliki keadaan pikiran yang lebih tenang. Ini tentu sangat mengejutkan para peneliti.

Berkaitan dengan temuan mereka, para peneliti menyatakan, bahwa mereka juga mendeteksi sejumlah asosiasi penyebab yang sebelumnya tidak diketahui.

Baca Juga: Sering Minum Pereda Sakit, Hati-hati Obesitas dan Masalah Tidur

"Misalnya, peserta dengan kecenderungan genetik terhadap BMI yang lebih tinggi tidak menganggap diri mereka sebagai orang yang gugup atau menyebut diri mereka tegang atau 'sangat terikat'," kata peneliti, dikutip dari Independent, Senin (25/12/2017).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI