Kenali Toxic Shock Syndrome, Penyebab 2 Kaki Model Ini Diamputasi

Kamis, 21 Desember 2017 | 14:00 WIB
Kenali Toxic Shock Syndrome, Penyebab 2 Kaki Model Ini Diamputasi
Model Lauren Wasser (Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pada 1980an, menurut CDC, tampon yang memiliki daya serap tinggi, mengandung bahan seperti busa poliester dan karboksimetilselulosa yang disorot sebagai faktor penambah risiko TSS. "Tampon dengan daya serap tinggi dan material khusus ini menyebabkan pertumbuhan berlebih dari infeksi staph aureus ini, dan sebagai tambahan, bahan tersebut benar-benar menyebabkan lebih banyak racun," kata Sax.

Setelah penemuan tersebut, masih menurut CDC, perusahaan mulai membuat tampon dengan daya serap yang lebih rendah dan penggantian material secara bertahap. Sebagai hasil dari perubahan tersebut serta pendidikan masyarakat yang lebih baik, kejadian TSS mulai merosot.

Karena itu, bila perempuan terkena TSS, Ia adalah seseorang "dengan strain staph aureus yang menghasilkan racun dan kemudian menjadi tipe orang yang, karena alasan genetik, tidak membuat respons antibodi yang sesuai terhadap toksin," kata Sax.

Apa saja gejala Toxic Shock Syndrome?

Baca Juga: Sedihnya Model Cantik Ini Kehilangan Kaki karena Pembalut

Tanda-tanda TSS termasuk diantaranya demam tinggi, tekanan darah rendah, gangguan saluran cerna, ruam pada telapak tangan, kebingungan, nyeri otot, kemerahan pada wajah, kejang dan sakit kepala.

"Mereka sangat, sangat sakit. Mereka memiliki tekanan darah rendah, mereka sering mendapatkan flu yang mengerikan, terkadang pemikiran mereka tidak begitu jelas, seringkali orang merasa sangat bengkak. "

Apakah Toxic Shock Syndrome dapat disembuhkan?

Maski bisa berakibat fatal, TSS bisa diobati jika didiagnosis lebih awal. Dokter biasanya merawat pasien TSS dengan antibiotik, obat tekanan darah dan cairan yang dapat mengobati dehidrasi terkait dengan TSS dan membantu membuang racun dari tubuh.

Bagaimana seseorang bisa terhindar dari Toxic Shock Syndrome?

Baca Juga: Lima Model dengan Penghasilan Tertinggi di Dunia

"Kondisi ini cukup langka sehingga, pada tingkat praktis, saya merasa tidak ada banyak hal yang harus dilakukan orang untuk mencegahnya, selain melakukan penilaian yang baik mengenai frekuensi penggantian tampon," kata Sax. Para ahli merekomendasikan mengubah tampon setiap empat sampai delapan jam sekali. (Time)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI