Suara.com - Kacang memang salah satu jenis camilan yang lezat, dan kerap menjadi teman pendamping saat menonton film atau pertandingan olahraga.
Di pasaran, jenis kacang tanpa kulit paling banyak diburu karena lebih praktis dan bisa langsung dikonsumsi tanpa harus membuka kulitnya.
Namun, tahukah Anda bahwa kacang tanpa kulit yang tidak diproduksi dengan memerhatikan keamanan pangan bisa berpotensi sebagai penyebab kanker?
Prof. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Direktur Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFEST) mengungkapkan, kacang tanpa kulit berisiko tercemar zat racun bernama aflatoksin yang bersifat karsinogenik.
Baca Juga: Inspirasi Sajian Selai Kacang yang Menggugah Selera
"Toksin ini bahayanya karena larut lemak, jadi ketika diserap usus halus tidak ada proses ekskresi. Sehingga dia mengikuti jalur deposit lemak yakni di hati. Tumpukan lemak ini yang lama kelamaan memicu kanker dan merusak kerja hati," kata Prof Nuri pada sesi diskusi Nestle bertajuk 'Food Safety: Dont't Let Good Food Go Bad' di Menteng, Rabu (20/12/2017).
Aflatoksin akan mencemari kacang yang tidak ditangani dengan baik sejak mulai ditanam, dipanen hingga didistrubusikan ke konsumen. Proses pengeringan, menurut dia, merupakan yang paling menentukan risiko pertumbuhan aflatoksin. Itu sebabnya keamanan pangan harus dipertimbangkan sejak proses menanam.
"Bahan pertanian ini kan basah lalu mengalami proses pengeringan. Kalau proses pengeringannya lama nanti jadi pertumbuhan aflatoksin. Jadi harus sesegera mungkin dikeringkan agar bakteri tidak tumbuh," ungkapnya.
Tidak hanya kacang, Prof Nuri menyebut jagung juga berisiko tercemar zat berbahaya ini jika tak dilindungi oleh klobotnya.
"Kacang dan jagung yang tercemari akan menyebabkan kanker. Sama seperti kacang dengan kulitnya, kalau jagung masih ada klobotnya juga tidak akan terkontaminasi," tandasnya.
Baca Juga: Benarkah Makan Kacang Baik untuk Kesehatan Jantung?