Kata Peneliti soal Vaksin DBD Dapat Memperparah Infeksi Dengue

Selasa, 19 Desember 2017 | 14:46 WIB
Kata Peneliti soal Vaksin DBD Dapat Memperparah Infeksi Dengue
Menkes Nila F. Moeloek melakukan kunjungan ke SDN 07 Cijantung, Jakarta Timur, guna melakukan sosialisasi pencegahan DBD. (Suara.com/Firsta)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Filipina baru-baru ini menghentikan pemberian vaksin dengue yang sebelumnya masuk program nasional karena dikhawatirkan dapat memperparah gejala dengue.

Sanofi selaku produsen vaksin Dengvaxia mengatakan, pada anak yang belum pernah terjangkit dengue sebelumnya pemberian vaksin malah dapat membuatnya terkena gejala yang lebih parah.

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Profesor Dr dr Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K), selaku peneliti Indonesia yang terlibat dalam vaksin dengue tersebut mengatakan, dia tidak menemukan hal tersebut dalam studinya terhadap vaksin Dengvaxia selama enam tahun pada 1.870 anak.

"Ini jadi pertanyaan, maksudnya apa. Karena selama kami penelitian enam tahun, tidak ditemukan kasus yang berat," ujar Prof Sri pada Diskusi Ngobras di Jakarta, Selasa (19/12/2017).

Baca Juga: Musim Hujan Tiba, Menkes Minta Masyarakat Waspadai DBD

Namun, dia mengakui adanya perbedaan hasil efektivitas vaksin pada anak yang sudah pernah terinfeksi dengue dan yang tidak. Pada anak yang sudah terkena dengue, pemberian vaksin dapat mengurangi 65 persen infeksi simptomatik. Sedangkan pada anak yang belum pernah mengidap dengue, efektivitasnya hanya 52.5 persen.

Dia menduga, perbedaan aktivitas ini terjadi karena vaksin Dengvaxia dibuat bukan dengan virus dengue yang dilemahkan melainkan virus sejenis yang di rekayasa genetika.

"Vaksin ini hasil rekayasa genetika bukan vaksin utuh yang dilemahkan. Bungkusnya dari virus yellow fever yang kosong lalu dengue dimasukkan ke dalamnya. Jadi ini lebih lemah dari virus yang alami," tandas Prof Sri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI