Suara.com - Anak Anda suka berimajinasi memerankan salah satu tokoh atau karakter favoritnya saat bermain? Jika iya, pertahankan hal itu.
Pasalnya, menurut sebuah penelitian terkini, berpakaian sebagai karakter fiktif saat bermain, bisa membuat anak bekerja lebih keras. Namun tak bisa dipungkiri, ini adalah salah satu percobaan yang cukup menantang bagi para orangtua.
Diterbitkan di Jurnal Child Development, para peneliti telah menemukan bahwa anak-anak yang mampu berimajinasi melakukan permainan peran, bisa memiliki ketekunan besar saat mereka melakukan tugas-tugas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak bisa jauh dari gangguan, permainan peran dapat memperbaiki fokus anak menjadi lebih baik.
Baca Juga: Pembiayaan Otomotif Adira Finance Capai Rp29 T Hingga November
Peneliti menempatkan 180 anak berusia antara empat dan enam tahun ke dalam tiga kelompok yang berbeda, termasuk di mana mereka diizinkan berdandan seperti Batman, Rapunzel, Dora the Explorer dan Bob the Builder.
Setiap kelompok diberi waktu 10 menit untuk menyelesaikan tugas membosankan di komputer. Namun mereka juga diberitahu bahwa mereka dapat memainkan permainan yang menyenangkan di ruangan terdekat kapan pun mereka mau.
Salah satu kelompok diberi tahu untuk menganggap diri mereka sebagai salah satu karakter yang mereka perankan saat menyelesaikan tugas di komputer, anak-anak dalam kelompok lain diminta menyelesaikan tugas tanpa karakter tersebut.
Menariknya, hasilnya menemukan bahwa anak-anak yang berpakaian karakter-karakter saat mengerjakan tugas bisa menyelesaikan dengan benar-benar baik.
Kenyataannya, 55 persen anak berusia 6 tahun yang bermain peran mencontoh satu karakter, bisa menghabiskan sebagian besar waktu untuk tugas yang membosankan, seperti 32 persen anak berusia 4 tahun.
Baca Juga: Susu UHT Penting untuk Perkembangan Anak, Ini Alasannya
Jika dibandingkan dengan hanya 35 persen anak usia 6 tahun, dan 20 persen anak berusia 4 tahun yang tidak memerankan karakter saat mengerjakan tugas di komputer.
Dengan demikian, para peneliti percaya bahwa melalui kombinasi gangguan dan mencerminkan kualitas aspirasi, memungkinkan anak untuk mengasumsikan identitas lain bisa membuat mereka lebih gigih.
"Ketekunan diperlukan sepanjang hidup kita, mulai dari anak-anak yang berjuang membaca setiap kata saat mereka belajar membaca, hingga mahasiswa yang mempelajari kimia organik larut malam," tulis para peneliti.
"Kesuksesan sering membutuhkan ketekunan melalui beberapa 'ketidakberesan," ujar peneliti. [Independent]