Suara.com - Metode kontrasepsi susuk KB atau implan disebut-sebut paling efektif dengan angka kegagalan rendah dibandinglan alat kontrasepsi lainnya. Sayangnya, KB implan tak sepopuler pil KB, IUD atau kondom.
Disampaikan, dr. Julianto Witjaksono SpOG dari FKUI RSCM, harga yang mahal adalah alasan dibalik kurang populernya implan di Indonesia. Sebenarnya, kata dia, ada kesepakatan global yang didanai Bill and Melinda Gates Foundation menetapkan harga sama yaitu 8,5 dolar (Rp115 ribuan), namun belum termasuk biaya masuk dan distribusi, untuk implan satu batang.
“Sayangnya, kita di Indonesia belum secara optimal mengikuti kesepakatan itu. Di Indonesia implan yang digunakan adalah dua batang dengan harga sekitar Rp275 ribu, padahal harga implan satu batang di bawah harga tersebut. Namun, kebijakan penggunaan implan ini bukan dibawah kewenangan POGI,” jelasnya pada Diskusi Ngobras baru-baru ini.
Julianto menjelaskan, target penerima KB baru di Indonesia setiap tahunnya mencapai 9 juta dengan anggaran sekitar 375 miliar untuk pil dan suntik KB, IUD. Dengan dana yang sama, jika menggunakan implan maka hanya akan dicapai 1 juta peserta.
Baca Juga: Lupakan Pil dan Suntik KB, Saatnya Pakai Implan KB
“Kami di POGI tetap merekomendasikan implan (satu batang) sebagai alat kontrasepsi jangka panjang mengingat tingkat pendidikan mayoritas penerima KB di Indonesia masih rendah sehingga kegagalan dengan pil dan suntik masih tinggi,” ujar mantan Deputi KB di BKKBN ini.
Sementara itu, dalam pernyataan tertulisnya, Dr. Ilyas Angsar SpOG, Ketua Kelompok Kerja Keluarga Berencana dan Abortus, Perhimpunan Obstetrik Ginekologi Indonesia (POGI), menambahkan POGI terus mendorong penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti implan KB untuk meningkatkan keberhasilan program KB di Indonesia.
“Program POGI yang sudah berjalan sejak tahun 1990 sampai sekarang adalah bekerja sama dengan BKKBN dan Kemenkes melaksanakan pelatihan pemasangan dan pencabutan IUD dan Implan untuk dokter dan bidan di seluruh provinsi serta pelatihan sterilisasi pada wanita dan pria untuk dokter di seluruh provinsi," tambah dia.
Ilyas mengatakan, POGI berharap era kejayaan implan seperti di era Orde Baru dapat kembali lagi.
“Dulu bahkan Jakarta pernah menjadi pusat pelatihan Internasional untuk pemasangan dan pencabutan Implan. Tetapi di era reformasi popularitas implan menurun drastis karena harga implan yang mahal,” tandasnya.
Baca Juga: Apa Bedanya Haid dengan Darah Implantasi?