Sering Dipukul Saat Masih Kecil, Anak Jadi Pelaku KDRT

Chaerunnisa Suara.Com
Senin, 11 Desember 2017 | 13:03 WIB
Sering Dipukul Saat Masih Kecil, Anak Jadi Pelaku KDRT
Ilustrasi anak kecil dipukul (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi baru menemukan, orang-orang yang dipukul saat masih anak-anak cenderung menjadi kasar saat menjalin hubungan di kemudian hari.

Periset dari The University of Texas Medical Branch (UTMB) menemukan, 68 persen orang dewasa yang disurvei yang dipukul pada masa kanak-kanak cenderung agresif secara fisik terhadap pasangan mereka saat dewasa.

Penulis senior UTMB, Jeff Temple of the University of Texas Medical Branch, mengatakan anak-anak yang telah mengalami hukuman fisik lebih cenderung melakukan "kekerasan dalam hubungannya".

"Sementara orangtua mungkin menganggap bentuk hukuman fisik ini adalah pelajaran yang bagus, penelitian substansial menunjukkan bahwa hal itu lebih berbahaya. Studi saat ini menunjukkan bahwa hukuman fisik saat masih anak-anak dikaitkan dengan kekerasan berkencan yang dilakukan sejak remaja dan dewasa muda," kata dia.

Baca Juga: Lelaki Kecanduan Judi Korban Kekerasan Saat Kecil

"Meskipun kita tidak dapat mengatakan bahwa pukulan yang diterima kemudian menjadi kekerasan, maka jika seorang anak mengetahui hukuman fisik adalah cara untuk menyelesaikan konflik, dia mungkin akan membawa konflik tersebut ke dalam konflik dengan pasangan intim mereka di kemudian hari," sambungnya.

Sekitar 700 orang dipelajari untuk penelitian ini, dengan 68 persen melaporkan hukuman fisik di masa kecil, 19 persen mengaku melakukan kekerasan saat berkencan atau ketika berumah tangga (KDRT).

Menurut UTMB, sekitar 80 persen anak-anak dihukum secara fisik di seluruh dunia, ada bukti jelas bahwa hal itu lebih berbahaya daripada kebaikan.

"Meskipun bukti meningkat menunjukkan banyak efek merugikan dari hukuman fisik, banyak orangtua, dan bahkan beberapa sekolah terus berpikir bahwa ini adalah cara yang dapat diterima untuk menghukum perilaku yang tidak tepat," kata Temple.

"Orangtua adalah pandangan pertama anak tentang hubungan dan bagaimana konflik ditangani. Hukuman fisik adalah mengkomunikasikan kepada anak-anak bahwa kekerasan merupakan cara yang dapat diterima untuk mengubah perilaku. Strategi ini tidak hanya efektif untuk mengubah perilaku atau menyelesaikan konflik, penelitian dan penelitian lainnya menunjukkan hukuman fisik berdampak negatif pada kesehatan dan perilaku anak-anak jangka pendek dan jangka panjang," lanjutnya.

Baca Juga: Begini Cara Ibu Dua Anak Ini Cegah Kekerasan Seksual pada Anaknya

Studi tersebut merupakan kelanjutan penelitian sebelumnya yang menghubungkan pukulan dengan kerusakan mental dalam jangka panjang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI