Pipis Bayi Berdarah, Fimosiskah?

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 24 November 2017 | 13:25 WIB
Pipis Bayi Berdarah, Fimosiskah?
Ilustrasi. [Shutterstock/Nikkos]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tanya:

Selamat siang Dokter,
Anak saya usia tiga bulan, dua hari yang lalu dia agak hangat badanya. Pas malam, tidurnya rewel, siang hari keluar bercak darah tiga kali saat pipis, disertai dengan mengedan.

Saat diperiksakan ke puskesmas katanya femosis dan harus disunat, tapi pulang dari puskesmas sampai sekarang dia pipisnya lancar. Apa memang harus disunat, Dok? Mohon penjelasan dan sarannya. Terima kasih.


Jawab
Fimosis merupakan suatu kondisi dimana kulup penis (preputium) melekat kencang di kepala penis dan tidak dapat ditarik ke belakang. Kondisi ini paling sering dialami oleh balita dan anak-anak.

Seiring dengan bertambahnya usia anak, diharapkan perlekatan ini akan merenggang dengan sendirinya. Meski demikian, pada sebagian kasus, fimosis bisa bertahan hingga usia remaja atau bahkan dewasa.

Jika tidak ditangani dengan baik, maka fimosis bisa menyebabkan berbagai komplikasi, di antaranya:
A. Meningkatnya risiko infeksi kelamin
B. Penis membengkak, nyeri, kemerahan
C. Gangguan buang air kecil
D. Gangguan ereksi dan hubungan seksual, serta lain sebagainya

Maka dari itu, karena sudah adanya keluhan (seperti demam, keluar darah dari kelamin dan buang air kecil mengedan), berarti kemungkinan telah terjadi komplikasi yaitu infeksi saluran kemih sehingga perlu dilakukan prosedur sirkumsisi (sunat). Tujuannya adalah untuk melepaskan perlekatan di kulit penis tersebut.

Tidak ada batasan minimal pada usia berapa anak boleh disunat. Karenanya, jika sunat bisa dilakukan lebih dini sejak diagnosis fimosis ditegakkan, maka kemungkinan komplikasi di atas pun bisa semakin cepat dicegah.

Di samping mengatasi fimosis dan mencegah komplikasinya, sunat juga memiliki berbagai fungsi lainnya, di antaranya yakni menurunkan risiko penularan infeksi (termasuk infeksi menular seksual), menurunkan risiko infeksi saluran kemih, kanker penis, dan sebagainya.

Jika Anda masih merasa ragu atas keputusan dokter di puskesmas, sebaiknya Anda bisa mencari second opinion dengan memeriksakan kembali anak Anda ke dokter lainnya.

Sementara itu, ajari anak Anda untuk tidak menarik-narik atau mengulur-ulur kulit penisnya. Selain itu, biasakan anak selalu menjaga kebersihan organ intimnya.

Demikian penjelasan yang dapat disampaikan, semoga membantu. Terima kasih.

Dijawab oleh: dr. Rizka Amelia
Sumber: https://meetdoctor.com

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI