Suara.com - Memperingati Hari Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) sedunia atau dikenal sebagai penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang jatuh pada 15 November, teknologi kesehatan Royal Philips melakukan gerakan edukasi global untuk meningkatkan kesadaran terhadap penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Berbicara tentang PPOK, hingga kini penyakit ini menempati peringkat ke-empat sebagai penyebab kematian utama di dunia dan diperkirakan menjadi yang ke-tiga pada 2020.
Nah, yang membuat keadaan semakin rumit adalah kurangnya kesadaran dan stigma sosial terkait penyakit tersebut. Hanya separuh dari sekitar 210 juta orang yang diperkirakan menderita PPOK telah resmi didiagnosis.
Menanggapi masalah kesehatan ini Prof. dr. Faisal Yunus dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyatakan bahwa Indonesia memiliki masalah dengan kesadaran mengenai PPOK.
"Tidak semua penderita merasakan atau bahkan menyadari gejalanya. Mereka pikir hanya penyakit batuk yang tidak kunjung sembuh. Padahal mereka mungkin sedang menderita PPOK, kondisi yang jauh lebih serius. Harus dilakukan pemeriksaan spirometri dan toraks untuk mendiagnosa pasien PPOK," ujarnya.
Gejala PPOK termasuk napas yang pendek-pendek, batuk kronis, kelelahan dan rasa sesak di dada yang berkembang secara perlahan dan tak terasa. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa menyebabkan kematian.
Baca Juga: Manfaat Menakjubkan Protein Ikan Gabus untuk Ibu Hamil