Suara.com - Pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi, mengklaim hasil pengecekan tim dokter rumah sakit menunjukkan bahwa kliennya mengalami kondisi gegar otak.
"Dokter waktu periksa katanya ini gejala gegar otak. Dikasih obat anti radang, anti sakit. Dikasih penenang. Karna kalau gegar otak supaya jangan goyang dulu," kata Fredrich ketika ditemui Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta Barat, Kamis (16/11/2017) malam.
Menurutnya, gejala gegar otak itu disinyalir setelah Ketua DPR RI itu mengalami pingsan usia mobil Toyota Fortuner yang ditumpangi Novanto menabrak tiang listrik di Jalan Permata Berlian, Jakarta Selatan. Dia juga mengatakan ada luka benjolan di bagian kepala Novanto yang diduga akibat kecelakaan tersebut.
Lalu seberapa mungkin kecelakaan mobil bisa menyebabkan gegar otak? Seperti dilansir dari laman CNN, gegar otak bisa terjadi pada kasus kecelakaan berat dimana kepala seseorang menyentuh kaca bagian depan. Kondisi ini juga bisa terjadi ketika kecelakaan mengakibatkan goncangan yang cukup ekstrem sehingga membuat otak dalam tengkorak terkena.
Cedera otak pada kasus kecelakaan bisa berkisar dari ringan sampai parah. Gejala ringan dari gegar otak bisa berupa pasien menjadi linglung atau kebingungan. Gejala lainnya, menurut Mayo Clinic, bisa meliputi sakit kepala, kehilangan keseimbangan, mengantuk, susah tidur atau tidur lebih banyak dari biasanya, depresi, cemas, perubahan mood, perubahan tingkah laku, ketidakmampuan berkonsentrasi dan gangguan ingatan.
Pasien gegar otak juga memiliki kemungkinan mengalami penglihatan kabur, gangguan pendengaran, ketidakmampuan untuk mencium atau rasa tidak enak di mulut.
Individu yang menderita gegar otak sedang sampai parah juga dapat mengalami kehilangan kesadaran hingga beberapa jam, ketidakmampuan untuk bangun, sakit kepala yang memburuk, kesemutan atau mati rasa di jari tangan atau kaki mereka.
Dalam kondisi gegar otak yang berat, cedera ini bisa mengakibatkan kematian. Namun pada pasien yang bertahan, mungkin akan mengalami keadaan koma selama beberapa hari.
Pasien yang pernah mengalami gegar otak juga dilaporkan dapat mengalami penurunan kemampuan menulis dan berbicara. Mereka mungkin juga mengalami kesulitan memahami apa yang mereka dengar, baca atau lihat. Oleh karena itu, mungkin sulit bagi pasien untuk mengerti atau terlibat dalam suatu percakapan.
"Trauma kepala bila sangat parah, benar-benar dapat mengubah kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan sesuatu bahkan mengungkapkan realita yang dialaminya," kata psikiater Dr. Charles Raison.