"Perubahan hormonal mempengaruhi suasana hati kita dan ini bukan mitos," katanya kepada The Independent.
Sekitar 95 persen perempuan mengalami PMS pada satu waktu dan bukan karena kita tidak merasa terbebani dengan hidup.
"Saya benar-benar tidak setuju bahwa perempuan modern berjuang di bawah beban, dalam mencoba memiliki dan melakukan semuanya. Perempuan tidak menciptakan PMSnya sendiri," katanya.
Ini bukan pertama kalinya peneliti meragukan validitas PMS.
Baca Juga: Anda Mengalami PMS? Atasi dengan Lima Cara Ini
Sebuah teori serupa yang dikeluarkan Medicinestudy Gender beredar pada tahun 2012. Pernyataannya cukup kontroversial bahwa PMS mungkin tidak ada.
Periset di Universitas Toronto melakukan analisis terhadap 41 penelitian, yang meneliti suasana hati sesuai dengan siklus haid mereka. Mereka menemukan bahwa hanya satu dari enam penelitian yang membuktikan hubungan antara perubahan suasana hati dan periode pramenstruasi.
Namun, NHS bersikeras bahwa temuan mereka harus dilihat dengan hati-hati karena banyak penelitian yang hanya memiliki ukuran sampel sangat kecil, sehingga ini bisa dikatakan kurangnya ketepatan statistik.
Mereka menyimpulkan bahwa penelitian khusus ini lebih merupakan opini daripada contoh penelitian medis yang signifikan.
Baca Juga: Yoga Bisa Atasi Rasa Nyeri Akibat PMS