Suara.com - Penyakit asam lambung gastroesophageal reflux disease (GERD) memengaruhi sekitar 22.8 hingga 25 persen pasien di Indonesia yang menjalani endoskopi. Bahkan karena penyakit ini, satu dari tiga pasien mengalami keterbatasan beraktivitas, 60 persen dilaporkan mengalami gangguan tidur dan 80 persen lainnya mengalami gangguan makan.
Disampaikan dokter spesialis penyakit dalam, gastroenterologist, FKUI RSCM, Ari Fahrial Syam SpPD, gejala GERD biasanya meliputi rasa terbakar di bagian dada dan mulut terasa pahit. Faktor yang dapat meningkatkan GERD antara lain obesitas, kebiasaan tidur telentang, suka minum alkohol, stres, merokok.
" Kalau di endoskopi bagian lambung hingga kerongkongan bisa saja tidak terlihat luka tapi seperti ada buih yang menandakan asam lambung yang berbalik arah," ujar dr Ari pada peluncuran aplikasi GERDQ di Jakarta, Kamis (16/11/2017).
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan luka di kerongkongan dan mengarah pada keganasan yang memicu terjadinya kanker.
Baca Juga: Hati-hati, Tidur Telentang Bisa Tingkatkan Risiko GERD!
Untuk membantu masyarakat mendeteksi kemungkinan GERD yang dialami, Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) bersama AstraZeneca membuat sebuah aplikasi yang dapat digunakan untuk mendeteksi GERD.
Medical Director AstraZeneca Indonesia, dr Andi Marsali, mengungkapkan, aplikasi GERDQ berisi kuisioner dengan enam pertanyaan yang dapat menyimpulkan kemungkinan seseorang mengidap GERD atau tidak. Nantinya, kata Andi, hasil diagnosis ini bisa dijadikan acuan bagi seseorang untuk memeriksakan kondisinya ke dokter.
"Hasilnya bisa dikonsultasikan lebih lanjut ke dokter gastro, kalau memang positif bisa diperiksa lebih lanjut dan ditentukan terapi penatalaksanaan yang tepat. Kami harap aplikasi ini bisa mempermudah pasien mendeteksi dini GERD dan segera mendapatkan pengobatan di fasilitas kesehatan," tandasnya.