Suara.com - Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa perempuan lebih mungkin mengalami gangguan makan. Gangguan makan sendiri dapat berupa kebiasaan makan yang tidak normal hingga berdampak negatif terhadap kesehatan fisik atau mental seseorang.
Gangguan perilaku makan tidak selalu dimotivasi oleh keinginan memperkecil ukuran tubuh, tetapi juga bisa terjadi karena adanya tekanan gender dari budaya masyarakat.
Selain itu, media juga dianggap memainkan peran penting dalam mempengaruhi pikiran masyarakat dengan kerap menampilkan gambaran tubuh ideal. Sayangnya, gambaran sempurna tersebut kerap sulit dicapai meskipun dikejar dengan berbagai cara.
"Penting untuk ditekankan bahwa penelitian ini tidak bekerja dengan asumsi bahwa isu tentang identitas gender hanya relevan dengan pengalaman dan perlakuan terhadap gangguan makan pada perempuan," kata Su Holmes, peneliti di University of East Anglia di Norwich , Inggris dilansir Zeenews.
Penelitian dilakukan pada perempuan berusia antara 19 hingga 51 tahun selama lebih dari 10 minggu. Semua peserta didiagnosis dengan anoreksia, atau sejenis gangguan makan di mana orang menghindari makan untuk mempertahankan berat badan tetap rendah.
Hasil menunjukkan bahwa orang yang didiagnosis dengan perilaku gangguan makan terbiasa bertindak sebagai korban pasif dari berbagai pengaruh seperti media dan pandangan masyarakat.
"Kami fokus pada bagaimana makan dan tekanan bentuk tubuh ideal dapat digunakan untuk menegosiasikan gagasan dominan tentang gender dan seksualitas yang juga berlaku untu laki-laki maupun gender minoritas, walaupun konstruksi budaya yang dipertaruhkan mungkin berbeda," jelas Holmes.
Gangguan Makan Lebih Banyak Dialami Perempuan, Kenapa Ya?
Selasa, 14 November 2017 | 17:10 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Transformasi Menakjubkan! 5 Artis Indonesia yang Sukses Jalani Diet di 2024: Ada Aurel Hermansyah
23 Desember 2024 | 09:18 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI