Terungkap, Lelaki Juga Punya Trauma Terhadap Ketidaksuburan

Selasa, 14 November 2017 | 13:50 WIB
Terungkap, Lelaki Juga Punya Trauma Terhadap Ketidaksuburan
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mencari Kebenaran
Bekerja sama dengan Jaringan Kesuburan Inggris - badan amal kesuburan nasional - Hanna dan timnya merancang dan mendistribusikan kuesioner dengan serangkaian pertanyaan terbuka yang memungkinkan orang, secara anonim memberi tahu tentang perjalanan ketidaksuburan mereka.

Meskipun ketidaksuburan masih dipandang sebagai topik yang tabu untuk lelaki, peneliti menerima sejumlah kuesioner lengkap, menawarkan isian yang kaya dan terperinci. Sebagian besar responden mengatakan bahwa hal itu telah mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka, kecemasan, depresi dan kesehatan yang berkaitan dengan stres di kuesioner mereka.

Melihat hal ini, ketidakmampuan untuk hamil sering disamakan dengan kesedihan, dan banyak lelaki merasa membutuhkan lebih banyak energi emosional, untuk mengatasi perasaan kehilangan tersebut.

Seorang lelaki menjelaskan bagaimana hal itu mempengaruhi hidupnya. "DNA kita dirancang untuk membuat bayi. Itulah tujuan seks, saat Anda lebih tua untuk membuat bayi. Tapi itu membuat saya merasa tidak berharga sehingga saya tidak memiliki anak," tulis dia.

Banyak responden membingkai dampaknya dalam istilah gender, yakni adanya hubungan tradisional antara maskulinitas, kesuburan dan kebapaan.

Seorang lelaki berkata, "ini membuat saya tidak merasa bahwa saya seorang lelaki, pada saat saya mengetahui bahwa saya mungkin tidak pernah menjadi ayah dari seorang anak".

Perasaan emaskulasi ini ditambah dengan anggapan luas bahwa reproduksi untuk lelaki adalah proses alami yang sederhana seperti yang dijelaskan lelaki lain.

"Untuk sementara saya kurang memikirkan diri saya sebagai pribadi dan sebagai manusia. Saya merasa itu adalah cara alam untuk memberi tahu saya bahwa ada sesuatu yang salah dengan saya dan itulah mengapa saya tidak dapat memiliki anak," tulis Hanna.

Tantangan semacam itu terhadap identitas laki-laki, - terkait dengan cita-cita maskulinitas yang dominan - bisa menjadi sulit dan sering membuat mereka merasa terisolasi saat berhadapan dengan masalah kesuburan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI