Suara.com - Terdengar lebih fiksi ilmiah daripada sains di dunia nyata, namun para periset di Stanford University mengumumkan hasil pertama dalam penelitian terbaru di mana mereka bisa menanamkan darah dari pendonor muda ke orang dengan penyakit Alzheimer ringan sampai sedang dengan harapan memperbaiki gejala penyakit tersebut.
Penelitian yang dipresentasikan pada Clinical Trial on Alzheimer's Disease di Boston, tidak terlalu mengada-ada. Periset dari Stanford telah mempelopori sebuah proses yang disebut parabiosis, di mana tikus muda dan tua terhubung dengan sistem darah yang sama.
Dalam studi pertama, mereka terkejut melihat bahwa tikus muda mulai menunjukkan tanda-tanda metabolisme yang lebih tua, dan mendapatkan penyakit kronis. Studi selanjutnya, di mana tikus yang lebih tua tidak hanya terhubung dengan tikus muda dengan darah, tapi juga memberi infus darah muda, hasilnya lebih banyak membuka mata.
Tikus yang lebih tua mulai menunjukkan peningkatan ingatan mereka, yaitu kemampuan mereka melakukan labirin dan menemukan target tertentu setelah jangka waktu tertentu.
Baca Juga: Menopause Bisa Memicu Alzheimer, Begini Caranya
Hasil tersebut mengilhami kelompok peneliti lain di Stanford untuk melihat apakah perubahan otak yang sama dapat terjadi pada manusia khususnya pada orang dengan tahap awal alzheimer, yang memengaruhi memori.
"Kami berharap menemukan bahwa ini aman. Saya tidak mengharapkan untuk menemukan perubahan dalam tindakan kognitif," kata Dr. Sharon Sha, profesor neurologi dan ilmu neurologi di Stanford dan peneliti utama riset tersebut.
Namun, itulah yang mereka temukan. Di antara 18 orang, jelas bahwa plasma tampaknya melakukan sesuatu. Mereka yang menerima plasma menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik dalam beberapa ukuran kemandirian, seperti kemampuan mereka untuk berbelanja sendiri, mengendalikan keuangan dan menyeimbangkan buku cek. Studi tersebut tidak melihat perubahan fungsi kognitif seperti memori atau perubahan pada spidol Alzheimer, seperti plak protein di otak.
Meskipun tidak jelas bagaimana plasma orang muda bekerja untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dengan alzheimer berfungsi, Sha mengatakan bahwa kemungkinan plasma pada anak muda mengandung faktor regeneratif, dan membantu sel dan jaringan termasuk pada otak agar tetap sehat.
Langkah selanjutnya, peneliti ingin melibatkan penggandaan hasil pada kelompok orang yang lebih besar dan memverifikasi temuannya. Jika itu berlaku, maka peneliti alzheimer mungkin memiliki strategi lain yang mungkin mengarah pada pengobatan.
Keith Fargo, direktur program ilmiah di Alzheimer's Association, mengatakan meskipun hasilnya berulang, kemungkinan orang tidak akan mengantre infus darah muda untuk melindungi diri dari penyakit alzheimer.
"Periset kemungkinan akan menindaklanjuti dengan penelitian tentang faktor apa yang membuat plasma orang muda membuat plasma lebih efektif, yang akan memberi ilmuwan target potensial untuk obat yang dibuat dari faktor tersebut. Saya tidak membayangkan masa depan di mana orang akan meraih plasma orang muda dari rak untuk melakukan infus," tandasnya. (Time)